[16] Minangkabau: Adityawarman Taklukkan Palembang

redaksi bakaba

Setelah meninjau kondisi di belakang istana, Raja Palembang akhirnya menyerah. Palembang takluk kepada Adityawarman, bergabung di bawah Majapahit tanpa peperangan

Pada tahun 1343 M, Pu Aditya, lengkapnya Adityawarman dibantu Senopati Senoaji, Banyu Biru dan Senopati Muda Lembu Peteng dengan selaksa pasukan berangkat dari Majapahit untuk melaksanakan amanat keputusan rapat Batahara Sapta Prabu sebagai Ekspedisi Pamalayu. Tugas yang diemban menaklukkan seluruh Sumatra dan Semenanjung Malaya. Langkah pertama Adityawarman dan pasukannya adalah penaklukan Palembang.

Kerajaan Palembang waktu itu dipimpin Maharaja Bagus Kuning dibantu oleh Maha Patih Lawang Kencana. Kota Raja atau pusat Kerajaan ini terletak di hulu sungai Musi, terbuat dari dinding yang kokoh dengan pertahanan berlapis. Di depan dinding kota digali saluran yang dialiri air dari sungai Musi. Di depannya ada lapangan luas yang dapat dipantau dari dinding Kota Raja yang dikawal pasukan pemanah.

Setelah mengirim regu penyelidik, didapatkan informasi bahwa di belakang Kota Raja pertahanan kerajaan lemah dan tidak dijaga. Tidak jauh di belakang Kota Raja mengalir anak sungai Musi. Di sungai Musi yang besar Adityawarman menempatkan puluhan kapal besar yang berbendera Majapahit.

Dari sungai kecil di belakang istana di didaratkan ratusan ribu pasukan komando yang dibawa oleh kapal yang tidak berbendera Majapahit. Adityawarman mengirim surat kepada Maharaja Bagus Kuning. Surat tersebut disampaikan oleh beberapa orang utusan. Isi surat meminta agar Kerajaan itu bergabung di bawah Majapahit. Jika bersedia pemerintahan Kerajaan Maharaja Bagus Kuning ini  tidak diganggu. Bahkan akan dibantu mempertahankan diri dari kerajaan yang mengganggunya. Jika tidak bersedia bergabung, pasukan Majapahit akan menduduki Palembang

Surat yang dikirim Adityawarman dibalas Raja Palembang dengan menyatakan; Kerajaan Palembang tidak pernah dijajah oleh kerajaan mana pun.

Beberapa waktu sesudah surat dibalas, Adityawarman kembali mengirim surat dan utusan. Isi surat intinya menyampaikan, bahwa sebagian kota raja telah diduduki pasukan Majapahit. Jika tidak menyerah akan terjadi kehancuran Ibu kota raja .

Setelah meninjau kondisi di belakang istana, Raja Palembang akhirnya menyerah. Palembang takluk kepada Adityawarman, bergabung di bawah Majapahit tanpa peperangan.

Adityawarman mengirimkan laporan tertulis ke Majapahit, ke Prabu Putri Raja Patni dengan menugaskan seorang utusan. Laporan tersebut disampaikan utusan itu melalui petugas admistrasi kerajaan yang bernama Pu Tading. Surat tersebut tidak disampaikannya kepada alamatnya tapi disampaikannya kepada Patih Mataun Patih Wengker. Prabu Dyah Gitarya justru mendapat kabar penaklukan Palembang dari Senopati Senoaji dan Banyu Biru yang kembali dari Palembang. Semenjak itu Kerajaan Palembang selalu mengirimkan upeti tahunan ke Majapahit.

Untuk mengatur sistem Pemerintahan Kerajaan dipinggir Sungai Musi itu, Adityawarman menetap tiga tahun di Palembang. Adityawarman juga mengawini anak raja Maharaja Bagus Kuning. Selama tiga tahun itu istri Adityawarman melahirkan seorang anak lelaki, yang diberi nama Parameswara. 

~ Penulis: Asbir Dt. Rajo Mangkuto
~ Editor: Asraferi Sabri

Next Post

Leonardy: Aneh jika Sumbar Tak Punya Taman Budaya

Taman Budaya yang sedang dibangun harus tetap dengan fungsi-fungsi yang selama ini telah ada. Ada teater utama, bioskop, gallery, labor musik, tari, perpustakaan. Serta tempat rapat dan diskusi tetap ada di Jalan Diponegoro tersebut

bakaba terkait