~Efri Yoni Baikoeni
Hong Kong dan Macau merupakan Daerah Administrasi Khusus di bawah Pemerintah Cina. Kawasan itu terkenal dengan perkembangannya yang ekspansif, pelabuhan laut dalam alami, dan kepadatan penduduk yang sangat tinggi (sekitar 7 juta jiwa pada lahan seluas 1,104 km2). Populasi Hong Kong dan Macau saat ini terdiri dari 93,6 persen etnis Tionghoa. Sebagian besar dari penduduknya yang berbahasa Kanton berasal dari Provinsi Guangdong. Sejak lama, Hong Kong dan Macau sudah terkenal sebagai pusatnya bisnis, terutama sektor keuangan, pariwisata dan industri kreatif. Pendapatan per kapita penduduknya setara dengan Jepang, Inggris, Jerman dan Amerika Serikat.
Hong Kong dan Macau sebagai Tempat Destinasi Pengiriman TKI
Sejalan dengan kemajuan ekonominya, sejak beberapa tahun terakhir, Hong Kong dan Macau menjadi salah satu destinasi pengiriman TKI khususnya wanita karena memiliki beberapa kelebihan.
Pertama, gaji yang diterima memang menarik. TKI di kawasan ini mendapatkan upah yang cukup tinggi, berkisar HKD4.000-5.000 (HKD1=Rp1.700,00). Gaji sebesar itu adalah penghasilan bersih karena kebutuhan harian sudah terpenuhi oleh majikan. Tugas-tugas pekerjaan juga tidak terlalu berat. Rutin membersihkan rumah, mengantar anak majikan ke sekolah, menemani nenek, mencuci pakaian dan menyetrika. Untuk memasak juga terbilang sederhana, malahan majikan lebih menyukai makanan siap saji dari luar.
Kedua, lebih terjaminnya hak-hak pekerja karena penerapan hukum di kawasan bekas koloni Inggris Raya ini dinilai baik. Untuk Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) memiliki waktu kerja 8 jam sehari, ada uang lembur jika mengerjakan tugas di luar kontrak. Terdapat satu hari libur dalam seminggu. Bila telah bekerja selama 2 tahun akan memperoleh hak cuti selama 2 minggu.
Prospek Hong Kong dan Macau
Meski dari segi nominal gaji yang diterima cukup tinggi, namun Hong Kong merupakan salah satu kota dengan biaya hidup tertinggi di dunia yaitu menempati urutan ke-11. Hong Kong juga dinobatkan sebagai kota termahal ke-5 di Asia Pasifik. Kota termahal Tokyo, Jepang.
Sebuah survei yang dilakukan Hong Kong General Chamber of Commerce (HKGCC) menunjukkan bahwa lebih dari 160 barang dan jasa sehari-hari di Hongkong mengalami kenaikan harga berturut-turut selama 5 tahun terakhir. Bila dibandingkan sebuah gelas “cappucino”, rata-rata di Hong Kong dijual seharga USD5.03 tetapi di Sidney USD3.36.
Selain tingginya biaya hidup, diprediksi ekonomi Hong Kong pada tahun 2017 sedikit mengalami kemunduran karena ketidakpastian ekonomi dan perubahan peraturan. Kekuatiran mengenai prospek negatif ekonomi Hong Kong tahun 2017 ini juga dipicu drngan terpilihnya Presiden AS, Donald Trump yang berdampak pada pasar Cina, khususnya Hong Kong.
Hasil survei HKGCC juga menyimpulkan bahwa sebanyak 95% responden (lebih dari 300 orang) mengungkapkan rasa pesimis terhadap ekonomi Hong Kong pada tahun ini. Sebanyak 58 persen responden memprediksi pertumbuhan GDP dibawah 2 persen sama dengan prediksi Pemerintah yang diumumkan Financial Secretary, John Tsang Chun-Wah.
Pada survei yang sama, sebanyak 65% persen dari 354 responden berspekulasi bahwa pertumbuhan ekonomi tahun 2017 adalah 0-2 persen dan sebanyak 53 persen tidak akan berinvestasi pada tahun 2017 dan sebanyak 49 persen tidak akan merekrut karyawan selama 12 bulan ke depan.
Tidak dapat dihindari, kemunduran ekonomi Hong Kong juga berakibat pada penurunan gaji karyawan. Berdasarkan prediksi Konsultan Mercer dinyatakan bahwa gaji tahunan karyawan akan mengalami penurunan sebesar 0,3 persen dari 4,2 persen. Pada tahun 2017 ini diprediksi akan banyak pengusaha yang mengurangi merekrut karyawan baru dibandingkan tahun sebelumnya karena ingin mengubah model bisnis dan melakukan restrukturisasi industri. Hanya 21 persen pengusaha yang akan meningkatkan jumlah karyawan. Meski demikian, laju inflasi diprediksi menurun menjadi 2,4 persen berbanding tahun 2016 sebesar 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi, pada bulan Oktober 2016, Pemerintah setempat telah mengumumkan kenaikan upah minimum sebesar 6,15 persen dari HKD32,5 menjadi HKD34,5 yang mulai berlaku pada bulan Mei 2017. Menanggapi kebijakan itu, Serikat Buruh dan Federasi Serikat Dagang Hong Kong menyatakan rasa tidakpuas karena rendahnya prosentase kenaikan bahkan terendah sepanjang 5 tahun terakhir, mengingat harga barang makin mahal dan kebutuhan ekonomi makin meningkat.
WNI di Macau
Jumlah WNI di Hong Kong dan Macau saat ini diperkirakan mencapai 156 ribu orang atau sekitar 2 persen dari jumlah penduduk. Populasi WNI itu menempati urutan teratas dari jumlah warga asing di Wilayah Administrasi Khusus Cina tersebut.
Meskipun populer, namun penempatan TKI di Hong Kong dan Macau juga menyisakan berbagai persoalan. Di antara kasus ketenagakerjaan yang dialami TKI adalah; PHK atau terminate, hak-hak TKI yang belum diberikan, overstay, penahanan dokumen dan kehilangan paspor tapi masih bekerja dengan majikan.
Dalam beberapa kasus, ditemukan terjadinya kecelakaan kerja yang dialami PLRT saat membersihkan bangunan tinggi (job window cleaning). Mengingat tingginya resiko kecelakaan kerja ini, pada tanggal 4 September 2016, sekelompok massa buruh migran di Hong Kong termasuk dari Indonesia, mengadakan demonstrasi. Di antara tuntutannya adalah jaminan keselamatan kerja PLRT untuk tidak membersihkan kaca luar apartemen karena sangat berbahaya, selain hal itu merupakan tanggung jawab manajemen gedung bukan PLRT. Massa buruh migran juga menuntut kenaikan upah, tunjangan makan dan penambahan jam istirahat.
Perwakilan RI khususnya KJRI Hong Kong memiliki peran yang penting dalam hal diplomasi terkait perkara lintas jurisdiksi dan perlindungan WNI/TKI. KJRI Hong Kong bersama dengan BNP2TKI telah melakukan upaya-upaya integrasi sistem pengiriman TKI ke luar negeri untuk mengurangi secara signifikan pengiriman TKI non-prosedural ke luar negeri khususnya ke Hong Kong dan Macau.
Berkaitan dengan upaya perlindungan tenaga kerja di Macau, KJRI Hongkong berupaya meningkatkan kerjasama untuk terus mendorong adanya MOU dalam hal rekrutmen TKI secara resmi, sehingga hak-hak dan perlindungan WNI lebih terjamin. KJRI Hong Kong memberlakuan wajib asuransi jiwa bagi seluruh TKI termasuk upah minimum, jaminan kesehatan dan housing allowence. Menangggapi adanya kasus penahanan paspor oleh majikan, KJRI Hong Kong meminta pemerintah setempat agar menghimbau majikan untuk tidak memegang paspor pekerjanya, agar terhindar dari pelanggaran Imigrasi.
KJRI Hong Kong juga berupaya meningkatkan gaji tenaga kerja domestik menjadi HKD5.000 per bulan dengan mempertimbangkan tingkat inflasi dan peningkatan biaya hidup di Hong Kong. Untuk menghindari terjadinya kasus kecelakaan dalam job window cleaning, PLRT senantiasa diingatkan agar memastikan kisi-kisi jendela aman dan terkunci sehingga posisi tubuh tidak berada di luar jendela, kecuali tangan.
Terkait dengan terjadinya kasus “overcharging” yang dialami oleh TKI, KJRI Hongkong meningkatkan kerjasama data intelijen. Permasalahan hukum yang dialami TKI diantaranya adalah penyalahgunaan narkoba dan pelanggaran Imigrasi. Karena itu, keberadaan Konsul Kejaksaan dan Konsul Polri pada KJRI Hong Kong berperan dalam membantu penanganan kasus lintas jurisdiksi tersebut.
Bukittinggi, 17 Desember 2019.
Referensi:
1. South China Morning Post, 8 Oktober 2016.
2. South China Morning Post, 6 Desember 2016.
3. South China Morning Post, 10 Desember 2016.
4. South China Morning Post, 12 Desember 2016.
5. http://www.antaranews.com/print/300532/jumlah-wni-jadi-wna-terbanyak-di-hong-kong
**