ADA dua masalah atau isu utama pada Covid-19. Pertama, masalah penyakit. Kedua, masalah penyebaran penyakit. Kedua masalah tersebut memerlukan pendekatan yang berbeda sama sekali. Mari kita bicarakan satu persatu.
Masalah Covid-19 (Penyakit)
Jika bicara masalah atau isu penyakit, kita membicarakan tentang jumlah orang sakit, ketersediaan dokter dan tenaga kesehatan serta ketersediaan fasilitas kesehatan.
Antara jumlah orang sakit dan ketersediaan SDM kesehatan serta ketersediaan fasilitas kesehatan mesti sesuai.
Jika terjadi ketidakseimbangan antara jumlah orang sakit dan jumlah dokter serta tenaga kesehatan maka angka kematian akan meningkat.
Pada saat jumlah kasus masih dapat ditangani oleh fasilitas kesehatan, maka penanganan pasien berjalan seperti lazimnya.
Tetapi jika mulai terjadi ketidakseimbangan maka berlaku penanganan seperti daerah bencana. Pasien yang akan diselamatkan adalah pasien yang paling mempunyai peluang besar untuk sembuh. Bukan pasien yang sakitnya paling berat.
Pasien berada di rumah sakit atau di rumah dengan isolasi mandiri. Pasien ini dikenal sebagai ODP dan PDP. Penyebaran dari orang bisa dikontrol karena mereka diisolasi.
Kontrol pada isu penyakit ini berada di rumah sakit, dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Sepanjang semuanya seimbang maka relatif tidak ada masalah.
Penyebaran Penyakit
Penanganan penyebaran penyakit ini berbeda dengan penanganan isu penyakit.
Sebesar 50 persen pasien positif Covid-19 adalah pasien tanpa gejala (OTG) dan sekitar 30 persen pasien dengan gejala ringan serta sekitar 20 persen pasien sedang sampai berat dan memerlukan perawatan dengan gejala yang jelas.
Mengidentifikasi pasien tanpa gejala, OTG itu susah, karena mereka terlihat seperti orang sehat dan mereka juga merasa sehat. Mereka ini berpotensi menularkan ke orang sekitarnya, karena dia akan bergaul dan berkontak erat dengan orang sekitarnya.
Itulah masalah utama pada isu penyebaran, bagaimana menemukan Orang Tanpa Gejala (OTG) ini, mengisolasi, men“tracing” kontak eratnya dan melakukan pemeriksaan pada semua kontak eratnya.
Untuk menemukan mereka tidak bisa di rumah sakit, tetapi harus di tengah masyarakat. Itulah gunanya pemeriksaan pada populasi, menemukan OTG, orang tanpa gejala, mengisolasi dan menemukan kontaknya.
Selama ini sepertinya pemeriksaan Covid-19 berorientasi pada rumah sakit, untuk memastikan bahwa orang yang dirawat dengan gejala ‘flu-like’ merupakan pasien Covid-19.
Untuk hal itu saja pemerintah masih keteteran, sehingga justru masih jauh lebih banyak pasien ODP dan PDP ketimbang pasien terkonfirmasi.
Untuk menghentikan penyebaran penyakit, sebagaimana tujuan PSBB, maka langkah utama yang harus dilakukan adalah menemukan OTG dan pasien presymptomatic yakni orang yang telah positif Corona namun tidak atau belum menunjukkan gejala apa pun, mengisolasinya dan menemukan kontaknya, memeriksa swab kontaknya dan memastikan kontaknya positif atau negatif.
Selama ini kita melihat bahwa pemerintah masih belum fokus kepada hal ini. Pemerintah masih fokus ke rumah sakit dan pemeriksaan RT-PCR pada pasien Covid-19.
Kontrol pada isu ini terletak pada penemuan OTG dan perubahan perilaku masyarakat seperti jaga jarak, menghindari keramaian, rajin mencuci tangan, dan menggunakan masker. Semuanya itu saling terkait satu sama lain.
Baca juga: Covid-19 Sumbar: 117 Orang Sembuh
Masalah Covid-19 sekarang ini adalah jumlah OTG ini pada populasi kita masih belum diketahui dan ada kecenderungan tidak menjadi fokus pemerintah. Terlihat dari sangat rendahnya rasio pemeriksaan RT-PCR dibandingkan dengan jumlah penduduk. Saat ini rasio pemeriksaan RT-PCR kita belum sampai 1000 per sejuta penduduk. Tergolong sangat rendah di Asia.
Satu Kesatuan Tindakan
Semua hal di atas harus dilakukan dalam satu kesatuan, baik mengobati orang sakit, menemukan pasien tanpa gejala dan perubahan perilaku seperti social distancing, physical distancing, menggunakan masker dan perilaku waktu bersin. Sekarang terlihat bahwa pemerintah tanpa usaha maksimal menemukan penderita OTG sudah meloncat pada relaksasi PSBB.
Tanpa usaha maksimal menemukan OTG dalam masyarakat dan dilonggarkannya PSBB, maka orang orang OTG ini akan kembali bersosialisasi dan mereka akan menularkan ke sekitarnya.
Tentu saja ada pernyataan bahwa hal ini tidak akan terjadi, karena tetap ada social distancing. Tidak usah jauh jauh, saat PSBB saja penumpang Kereta Api sudah berdempet tanpa mematuhi ketentuan social distancing, apalagi jika sudah dilakukan relaksasi PSBB.
Satu lagi, untuk mengontrol penyebaran Covid-19 ini adalah dengan penegakan hukum. Tidak cukup hanya dengan himbauan tanpa adanya aturan hukum yang tegas, jelas dan terukur. Penegakan aturan tanpa sanksi yang jelas dan tegas memancing masyarakat untuk melanggarnya.
Mudah mudahan Covid-19 tidak semakin menyebar di negara kita.
Salam sehat!
Jakarta, 29 Mei 2020
Penulis, Dokter Spesialis-Subspesialis
Dosen Fakultas Kedokteran
Founder Komunitas Kesehatan Nasional
*Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay