Bayi Dibuang di Ladang Batu

redaksi bakaba

Saat ditemukan, bayi tanpa pakaian itu tertelungkup di semak-semak di bawah hujan gerimis. Tak jauh dari posisi bayi ditemukan selembar baju kaos berwarna hitam, ada tulisan putih di kaos: “Binie Rancak Mintuo Kayo”.

Bidan Ermayenti dan bayi yang ditemukan, foto. ist
Bidan Ermayenti dan bayi yang ditemukan, foto. ist

bakaba.co | Agam | Dini hari, Senin, 17 Agustus 2020, bertepatan Hari Ulang Tahun RI ke-75, sesosok bayi laki-laki diperkirakan berusia 3-4 hari ditemukan di Ladang Batu, Jorong Pasanehan, Nagari Lasi Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam.

Saat ditemukan, bayi tanpa pakaian itu tertelungkup di semak-semak di bawah hujan gerimis. Tak jauh dari posisi bayi ditemukan selembar baju kaos berwarna hitam, ada tulisan putih di kaos: “Binie Rancak Mintuo Kayo”.

Bajo kaos yang ditemukan dekat bayi, foto ist.
Bajo kaos yang ditemukan dekat bayi, foto ist.

“Bayi yang ditemukan warga saya terima dalam keadaan diselimuti kain sarung. Saya periksa, pada tubuh bayi tidak ditemukan luka gores atau lebam. Hanya tangan dan kaki bayi yang agak membiru, mungkin akibat udara dingin. Bayi diperkirakan lebih kurang satu jam tergolek di lokasi dalam cuaca hujan gerimis.”

Bidan Ermayenti, SST, di Jorong Lasi, Nagari Lasi menceriterakan kondisi bayi saat pertama diterimanya kepada bakaba.co, Kamis, 20 Agustus 2020.

Kondisi bayi secara umum baik, normal dan sehat, tali pusar terlihat sudah lepas, diperkirakan lepas paksa. Tindakan lanjutan yang dilakukan bidan Ermayenti, bayi dibedong dengan kain bersih dan dihangatkan. Setelah kondisi tubuh bayi hangat, kira-kira pukul 02.15 WIB bayi diberi susu, dites daya hisap, saat itu bayi muntah sekali. Tidak lama setelah itu, bayi diberi susu kembali, dimandikan dan kembali dihangatkan.

“Saya tidak dapat memastikan apakah tali pusar terlepas akibat gesekan dengan tanah tempat bayi tertelungkup atau karena sebab lain. Tapi pada pusar bayi tidak ditemukan luka dengan pendarahan,” ujar Etmayenti.

Pada saat diperiksa, terlihat buang air besar bayi berwarna hitam. Keadaan itu sebagai tanda bayi belum disusui. Bayi setelah disusui buang air besarnya berwarna kuning. “Atas dasar itu saya perkirakan usia bayi baru tiga atau empat hari. Saya pastikan, bayi bukan dalam keadaan baru lahir lalu dibuang.” kata bidan Ermayenti.

Tangisan Bayi

Informasi yang dikumpulkan bakaba.co, penemuan bayi ini bermula dari Eriniza, 57 tahun, yang mendengar suara tangisan bayi tak jauh dari rumahnya. Eriniza melaporkan ke Susi 42 tahun, kader Posyandu Jorong Pasanehan. Susi meneruskan laporan ini kepada Wali Jorong Pasanehan, tetapi tidak tersambung. Susi kemudian menghubungi Wali Jorong Lasi Mudo, Rajo Bandaro. Wali Jorong Lasi Mudo menghubungi Intan Nagari, Wali Jorong Pasanehan.

Intan langsung menuju lokasi dan menemukan sesosok bayi tanpa pakaian tertelungkup di semak-semak. Saat itu hujan gerimis. Tak jauh dari posisi bayi ditemukan selembar baju kaos berwarna hitam dengan tulisan putih: “Binie Rancak Mintuo Kayo”.

Baca juga: Sastra Anak Merespon Darurat Moral

Wali Jorong malam itu, sekitar pukul 00.30 WIB mendatangi rumah pelapor, Eriniza. Dia sudah mendengar suara tangisan bayi satu jam sebelumnya. Di sekitar rumah pelapor tidak ada keluarga yang memiliki bayi. Dia begitu takut, mencoba mengabaikan suara itu.

“Tetapi suara tangisan bayi itu tak berhenti. Akhirnya Eriniza menelpon Susi, Kader Posyandu,” cerita Rajo Bandaro kepada bakaba.co.

Bayi tersebut, dinihari itu, dibawa ke bidan Ermayenti, SST di Jorong Lasi, Nagari Lasi. Diperiksa, dimandikan, diberi susu dan dititipkan untuk sementara.

Kapolsek IV Angkek Canduang AKP Purwanta, SH yang ditemui mengatakan pihaknya mendatangi tempat kejadian sekira pukul 02.00 WIB, berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan dinas sosial.

“Sampai saat ini kami masih melakukan penyelidikan. Kami berharap kerjasama semua pihak agar persoalan ini segera dapat dituntaskan,” kata Purwanta kepada bakaba.co.

Ibu Asuh

Bayi laki-laki yang belum bernama, yang ditemukan di Ladang Batu itu kini berada di tangan seorang ibu asuh. Bayi diserahkan bidan Ermayenti kepada ibu asuh yang dipercaya di hadapan petugas dari Dinsos Kabupaten Agam, Rabu, 19 Agustus 2020.

Ibu asuh yang telah 9 tahun belum memiliki anak dalam perkawinan mereka mengatakan, “Saya tidak siap untuk diekspos, mohon dipahami. Doakan saja yang terbaik untuk saya dan anak saya ini,” katanya pada bakaba.co

Rinal Wahyudi, S.H., tokoh muda Nagari Lasi menyayangkan adanya peristiwa memilukan ini. Dia menilai, kejadian tersebut adalah suatu peringatan. Penting untuk semakin dekatkan diri dan keluarga kepada Allah SWT.

“Setiap orang tua dan niniak mamak amat perlu memperkuat pengawasan dan perlindungan kepada anak kamanakan,” ujar Rinal.

Menurut perkirakan Rinal, orangtua yang tega membuang bayi tersebut, bukanlah warga Lasi. Jika pelaku warga Lasi, tentu bisa segera diketahui. “Kita berharap bantuan dari semua pihak, jika mengetahui informasi apapun terkait bayi ini agar melaporkan kepada pihak kepolisian,” kata Rinal Wahyudi.

~ Tedjakusuma

Next Post

[9] Minangkabau: Ekspedisi Pamalayu

Pada abad ke-11, antara tahun 1017-1025, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran yang parah. Gerakan pengembangan agama Islam semakin kuat mendesak kerajaan beraliran Budha.
ekspedisi pamalayu Gambar oleh Milada Vigerova dari Pixabay

bakaba terkait