Bani Nadhir menghasut Yahudi Khaibar untuk memusuhi dan memerangi Nabi Muhammad. Mereka ingin Muhammad menderita kekalahan di Uhud.
Bani Nadhir kebanyakan pindah dan menetap di Khaibar. Huyay bin Akhtab pemimpin bani Nadhir mengajak Sallam ibn Abu Huqayq dan Kinanah bin Habil Uqaik pemimpin Khaibar menghadap Quraisy. Sallam ibn Abu Huqayq juga mengajak bergabung Yahudi Taima, Fadak dan beberapa suku Arab menghadap pemuka Quraisy untuk membuat pasukan gabungan (ahzaab) yang besar guna menghancurkan Muhammad.
Dalam pertemuan, mereka sampaikan bahwa agama orang Quraisy lebih baik dari agama Muhammad. Agama Muhammad harus dibinasakan. Jika menyerang Madinah, bani Quraizah akan segera menyerang dari belakang. Sekarang saatnya menyerang Madinah, karena Muhammad dan pasukannya sedang kesulitan dan menderita setelah kekalahan di Uhud.
Biaya untuk pasukan gabungan akan dibiayai sendiri-sendiri. Khaibar akan membantu dengan persenjataan dan makanan kurma. Rampasan dari Madinah nantinya akan dibagi bersama.
Persekutuan dalam menyerang Madinah akan diperbesar dengan menggabungkan suku-suku lain yang diberi harapan hasil panen tamar Khaibar.
Gagasan dan usulan Yahudi Khaibar tersebut diterima baik oleh pemuka Quraisy. Kasepakatan dikukuhkan dengan sumpah. Kemudian mereka kembali ke tempat masing-masing mempersiapkan pasukannya.
Rencana Yahudi Khaibar menyerang Madinah berhasil mengumpulkan pasukan di Mekah lebih dari 10.000 orang. Ada kitab sejarah yang mengatakan jumlahnya mencapai 24.000 orang dengan perlengkapan dan persenjataan sempurna menurut zaman itu.
Berita penyerangan Yahudi Khaibar sampai ke telinga Muhammad dan pengikutnya. Sebagai antisipasi, didapat kesepakatan, Madinah arah ke Mekah dibuat parit dari bukit ke bukit yang tak mampu dilompati oleh kuda. Parit itu panjangnya 6.000 meter.
Huyay bin Akhtab menghubungi Kaab bin Asad, Ketua bani Quraizah. Huyay menyampaikan bahwa pasukan ahzaab sangat besar dan kuat. Beberapa hari lagi Madinah akan dihancurkan dan Muhammad akan ditangkap dan akan dihukum mati.
Sudah waktunya bani Quraizah bergabung dengan ahzaab dengan menyerang Muhammad dari belakang. Dengan beberapa bujukan Kaab bin Asad pemimpin bani Quraizah menyetujuinya dengan ketentuan bani Quraizah menyerang Muhammad pada saat pasukan Ahzaab memasuki kota Madinah, bukan pada saat pengepungan ini.
Kaab bin Asad mengirim beberapa orang utusan sebagai tanda mereka telah bergabung. Kaab mempersiapkan pasukan dan membuat pasukan pengintai dan menyelusup ke perkampungan Islam. Mereka mengintip ke tempat wanita. Beberapa orang pengintip itu tewas terbunuh. Mayatnya tak dapat diselamatkan.
Zubir bin Awwam dengan pasukan pengintainya mengetahui keadaan yang terjadi pada perkampungan bani Quraizah. Dia laporkan kepada Rasul Muhammad. Bani Quraizah telah membatalkan sepihak perjanjian damai Shahifah Al Madaniah.
Muhammad mengutus Saad bin Muadh pemimpin suku Aus, Saad bin Ubadah pemimpin suku Gazraj, Abullah bin Rawahah dan Khawat bin Jubair, melakukan pembicaraan dengan bani Quraizah.
Dalam pembicaraan, Bani Quraizah menjawab bahwa mereka tak mengenal Muhammad. Utusan kembali pulang dengan tangan hampa.
Dalam perjalanan pulang, utusan menemukan bani Quraizah sedang beramai-ramai membakar kesepakatan Madinah (Syahifah al Madaniah) dan sedang mempersiapkan orang-orang menyerang Madinah dari belakang.
Muhammad meletakkan 300 kavaleri di bawah pimpinan Zaid bin Haritssah berjaga di perbatasan bani Quraizah. Bani Suyah, salah satu suku bani Israil yang ada di Madinah, tidak mau mengikuti ajakan bani Quraizah.
Pada suatu tengah malam yang dingin gelap gulita, datanglah angin kencang yang membongkar perkemahan, menerbangkan perbekalan serta peralatan memasak.
Pada waktu itu terdengar gemerincing hiruk pikuk seperti pedang berbenturan. Mereka menyangka pasukan Muslim telah menyerang, sedangkan mereka tidak bersiap untuk bertempur. Mereka melarikan diri tunggang-langgang dalam keadaan ketakutan. Seluruh perbekalan, peralatan memasak, sebagian peralatan perang tertinggal. Banyak kendaraan dan ternak untuk dimakan yang terlepas.
Selesai sudah perang Ahzab. Peristiwa itu terjadi Maret 627 M – April 627 M.
Tuhan katakan dalam al Quran: hazamal ahzaaba wahdah (tuhan sendiri saja yang menghancurkan tentara ahzaab).
Kalimat ini selalu dikumandangkan setiap hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Tuhan peringati dalam al Quran: Hai orang yang beriman, ingatlah nikmat Allah atasmu, ketika kepadamu datang tentara menyerangmu, lalu kepada mereka kami kirimkan angin kencang dan tentara yang tidak dapat kamu lihat <Q.33/09>. (Idzjaaatkum junuudun fa arsalnaa ‘alai’him riihaa wajuudaan llam taraa’haa = Ketika tentara (musuh) menyerang kamu, lalu Kami kirim kepada mereka angin badai dan tentara yang tidak kamu lihat.
| Penulis: Asbir Dt. Rajo Mangkuto
| Gambar oleh CCXpistiavos dari Pixabay