[20] Yahudi: Ada Yahudi di Pasukan Islam Saat Taklukkan Iberia

redaksi bakaba

Kerja sama Islam dengan penguasa lama Andalusia, keluarga Witiza, menyusun pemerintahan dengan kebebasan beragama di Semanjung Iberia

Iberia - Gambar oleh Carlos Lorite dari Pixabay
Iberia – Gambar oleh Carlos Lorite dari Pixabay

Pasukan Islam di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad menaklukkan Semenanjung Iberia. Peristiwa yang 711 M itu terjadi atas permintaan keluarga King Witiza penguasa lama di Andalusia. Dari penaklukan itu hanya sedikit tersisa bagian daerah dataran tinggi dan pergunungan di barat laut Andalusia. Bersama pasukan Islam waktu penaklukan Iberia banyak orang Yahudi yang ikut. Orang Yahudi akhirnya berkembang di Spanyol.

Kerja sama Islam dengan penguasa lama Andalusia, keluarga Witiza, menyusun pemerintahan dengan kebebasan beragama di Semanjung Iberia. Selain agama Islam, agama Yahudi juga ikut berkembang di Iberia. Walaupun di daerah Islam, orang Yahudi jauh lebih bebas. Tetapi Yahudi kurang senang tinggal bersama orang Islam karena di daerah Islam usahanya tidak dapat berkembang baik. Usaha orang Yahudi adalah candu, minuman keras, judi dan perdagangan seks. Di daerah kristen usaha mereka, orang Yahudi dapat dikembangkan lebih baik dari di daerah Islam.

Tahun 1490 M pemerintahan Islam di Spanyol menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintahan gabungan ratu Isabela dan raja Ferdinand. Penyerahan kekuasaan itu dengan syarat orang muslim dan Yahudi diperbolehkan menjalankan syariat agamanya dengan leluasa. Perjanjian itu hanya dua tahun dihormati. Tahun ketiga, 1492 M, Ferdinand dan Isabela mengeluarkan dekrit mengumumkan Spanyol terlarang buat penganut agama Islam dan Yahudi. Mesjid, langgar dan sinagog diperintahkan ditutup. Orang Islam dan Yahudi tidak boleh memperlihatkan identitasnya; nama-nama harus ditukar, pakaian yang beridentitas Islam, juga Yahudi tak boleh dipakai. Pihak yang melanggar akan diadili oleh pengadilan inquisisi.

Baca juga: [19] Yahudi: 1773 M Organisasi Internasional Berdiri

Orang Yahudi telah mati-matian membantu orang kristen memerangi Islam di Spanyol juga ikut kena aturan itu. Orang Yahudi berpindah sembunyi-sembunyi ke Perancis dan ke daerah Islam yang waktu itu banyak dikuasai Turki. Banyak orang Yahudi yang menjadi tahanan dungeon (kerangkeng/penjara bawah tanah dalam gereja).

Dungeon, tahanan itu merupakan tempat yang sempit, tingginya 155 cm, lebar 110 cm dengan panjang 130 cm. Pintu dungeon dibuat dari jerajak besi yang kokoh, ada lobang WC dan air penyiram. Penghuni di dalamnya tak dapat berdiri lurus, tidak dapat tidur meluruskan badan, duduk pun tak dapat meluruskan kaki. Tidak boleh keluar dari tempat itu, makanan dan air diantar ala kadarnya.

Kondisi tersebut berlangsung bertahun-tahun. Banyak orang Yahudi meninggal dalam kerangkeng itu. Penyiksaan itu dilakukan oleh pemuka gereja, pastor dan bischop. Banyak pula orang Yahudi memasuki agama katolik meski hanya berpura-pura. Secara diam-diam mereka tetap melakukan pertemuan gelap antar sesamanya. Makin lama organisasi mereka makin kokoh dan teratur.

Waktu pasukan Napoleon sampai di Spanyol, masih banyak didapatinya orang Yahudi yang dihukum dalam kerangkeng itu. Bertahun-tahun mereka tak dikeluarkan, badannya telah membengkok dan mengecil. Sewaktu tentara Napoleon membebaskan mereka, banyak di antara mereka yang tak mampu lagi berdiri. Pada umumnya mereka telah kurus kering karena kekurangan gizi. Tidak ada kesalahan mereka itu kecuali hanya karena mereka tak mau mangatakan tuhan terdiri dari tiga oknum.

Banyak mereka yang menyingkir ke Perancis. Dari Perancis mereka menyebar ke seluruh Eropa, Inggris, Jerman dan sampai ke Amerika.

Walaupun banyak derita yang mereka, orang Yahudi alami, mereka tetap berpendirian bahwa mereka adalah kekasih Allah. Mereka adalah manusia unggul, lebih cerdas dari manusia lainnya, manusia lainnya dibuat tuhan untuk mengabdi kepada mereka. Berdosalah orang Yahudi yang berbuat baik kepada orang bukan Yahudi (umami).

Penulis: Asbir Dt. Rajo Mangkuto
Gambar oleh Carlos Lorite dari Pixabay 

Next Post

[21] Yahudi: Berpura-pura untuk Bisa Hidup Aman

Granada menyerahkan beberapa daerah kepada Spanyol. Upeti tahunan dicabut. Penduduk bebas memilih dan melaksanakan ajaran dan agama yang disukainya.
Gambar oleh ELG21 dari Pixabay