Renaissance Kedua Sudah Bergulir

redaksi bakaba

Tahun 1468 Johan Gutenberg meninggal dunia dalam usia 70 tahun. Ia meninggalkan hasil karya yang mengubah peta ilmu pengetahuan, yaitu mesin cetak. Dengan mesin cetak buatannya beribu-ribu buku, termasuk Quran, hadir di hadapan kaum terpelajar.

Gambar oleh DarkWorkX dari Pixabay
Gambar oleh DarkWorkX dari Pixabay
emeraldy-chatra-facebook-bakaba.co_-1
Dr. Emeraldy Chatra

Renaissance adalah sebuah pemberontakan peradaban. Gerakan yang berkobar di abad ke-15 dan 16 itu mengakhiri dominasi gereja Katolik atas ilmu pengetahuan.

Galileo yang lahir 1564 dan mengakhiri hidupnya dalam sebuah inkuisisi tahun 1642 menjadi tonggak sejarah Renaissance di bidang sains yang sangat penting. Sebelumnya Leonardo Da Vinci (1452-1519) telah membidani Renaissance di bidang seni, khususnya lukisan.

Galileo diberitakan diinkuisisi karena menentang gereja Katolik dengan teori heliosentrisnya. Teori itu melawan teori geosentris atau teori ‘bumi sebagai pusat semesta’. Artinya, dalam pandangan Galileo mataharilah yang menjadi pusat, dan bumi mengelilingi matahari.

Dalam teori heliosentris itu terdapat sub-teori yang terkenal dengan sebutan stellar parallax. Lebih kurang teori stellar parallax itu mengatakan: “Bumi bergerak berarti bahwa bumi akan berada di sisi berlawanan dari matahari selama enam bulan.

Jika bumi itu di sisi berlawanan dari matahari selama enam bulan maka harus ada beberapa perubahan yang terlihat dalam posisi relatif dari bintang sepanjang tahun. Bintang terdekat harus tampak bergerak relatif terhadap bintang yang lebih jauh. Posisi relatif bintang terdekat dan bintang terjauh tampak tetap sama”.

Kardinal Robert Bellarmin menantang Galileo membuktikan teori stellar parallax-nya. Sial, Galileo gagal dan dicemooh.

Karena sakit hati Galileo kemudian menulis risalah berjudul Dialogue Concerning the Two Word System yang tidak beredar ke tengah masyarakat karena dilarang gereja. Isinya, konon bukan tentang stellar parallax, tapi berupa hujatan terhadap Paus Urbanus VIII.
Karena menghujat itu ia diinkuisisi, bukan karena teorinya.

Pembangkangan terhadap gereja Katolik yang menganut paham geosentris sudah dimulai oleh Copernicus di abad ke-15. Geraja Katolik terpaksa diam karena Copernicus seorang penganut Protestan. Tapi beratus tahun lamanya dunia “tahu” bahwa Galileo dihukum karena teorinya, bukan karena perangai buruknya terhadap Paus.

Mengapa dusta ini bisa berkembang?

Pemicu pertama

Tahun 1468 Johan Gutenberg meninggal dunia dalam usia 70 tahun. Ia meninggalkan hasil karya yang mengubah peta ilmu pengetahuan, yaitu mesin cetak.

Dengan mesin cetak buatannya beribu-ribu buku, termasuk Quran, hadir di hadapan kaum terpelajar. Beribu buku pula masuk ke dalam daftar hitam gereja Katolik sebagai buku yang harus dimusnahkan.

Tanpa karya Gutenberg tidak akan ada Renaissance. Tidak akan ada buku yang menyeret Galileo ke tindakan inkuisisi. Tidak akan ada pula berpuluh buku yang menyebarkan kabar bias dan palsu tentang kematian Galileo sampai menjadi keyakinan umum. Pun, teori heliosentris yang kini ramai-ramai digugat, tidak akan mendominasi pikiran manusia beratus tahun.

Pemicu lanjutan

Sekarang manusia masuk ke era internet dan media sosial, produk teknologi yang membuka jalan bagi banyak orang untuk mengkritisi dominasi saintis Barat. Gugatan terhadap bentuk bumi yang dulu dikatakan bulat bergulir terus ke mana-mana.

Kini makin banyak orang tidak lagi yakin bumi itu bulat, melainkan datar. Bumi bulat dianggap teori palsu. Berpuluh video berisi wacana flat earth digelar di situs youtube.com, menyerang berbagai isu yang terkait dengan bumi datar, seperti satelit dan perjalanan ke ruang angkasa.

Menurut penganut teori bumi datar, satelit itu hoax. Perjalanan ke luar angkasa juga sebuah dusta besar.

Tidak hanya itu. Teori tentang AIDS pun dapat serangan dari kelompok yang disebut HIV Denials. Mereka menuduh teori tentang AIDS itu palsu dan sarat kepentingan bisnis farmasi di belakangnya.

Gutenberg memicu Renaissance pertama. Internet dan media sosial memicu Renaissance kedua. Kita berada di dalamnya.

Apakah kita akan menjadi pemain aktif atau sekedar jadi penonton? Terpulang kepada kita sendiri apa jawabannya.*

~Penulis, Dosen FISIP Universitas Andalas
*Gambar oleh DarkWorkX dari Pixabay

Next Post

PTUN Batalkan Sertifikat Tanah RSUD Kota Bukittinggi

Dalam keputusan tersebut, PTUN Padang juga memerintahkan BPN Bukittinggi sebagai tergugat memproses permohonan yang telah diajukan Soni cs sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan menerbitkan Sertifikat Hak Milik (SHM) atas nama Penggugat Soni Cs berupa Surat Keputusan yang baru atas nama Penggugat
Proyek RSUD Bukittinggi-Foto Fadhly Reza-bakaba.co

bakaba terkait