Kepemimpinan AS di bidang AI, Kritik Regulasi Uni Eropa foto ist.

JD Vance Tegaskan Kepemimpinan AS di Bidang AI dan Kritik Regulasi Eropa

bakaba.co, Paris, – Dalam pidatonya di konferensi AI internasional, JD Vance, Wakil Presiden Amerika Serikat, menegaskan komitmen Amerika Serikat (AS) sebagai pemimpin global dalam pengembangan Kecerdasan Buatan (AI). Vance menyoroti potensi revolusioner AI di bidang keamanan nasional, kesehatan, dan penciptaan lapangan kerja, sembari mengkritik keras upaya Uni Eropa yang dinilai membatasi inovasi melalui regulasi berlebihan. Pernyataan ini menjadi bagian dari strategi AS untuk mempertahankan dominasi teknologi sekaligus menjalin kolaborasi internasional yang pro-pertumbuhan.

Komitmen AS sebagai Pemimpin Global AI

Pemerintahan Trump bertekad mempertahankan posisi AS sebagai “standar emas” dalam pengembangan AI. Vance menekankan investasi besar-besaran di sektor R&D, termasuk produksi chip semikonduktor canggih yang menjadi tulang punggung teknologi AI. Menurutnya, AS telah mengalokasikan 50% dari total investasi global AI senilai $700 miliar pada 2028.

Baca juga: Google Ajukan Banding atas Putusan KPPU Terkait Monopoli Play Store

Kritik Terhadap Regulasi Eropa

Vance secara terbuka menentang kebijakan Uni Eropa seperti Digital Services Act (DSA) dan GDPR, yang dinilai membebani perusahaan teknologi AS. “Regulasi berlebihan hanya menguntungkan pemain besar dan mematikan startup,” ujarnya. Ia menyebut kebijakan Eropa kerap digunakan untuk sensor konten atas dalih “misinformasi”, yang berpotensi mengancam kebebasan berekspresi.

Ancaman Penggunaan AI oleh Rezim Otoriter

Pemerintahan Trump akan memblokir upaya negara adidaya seperti China yang diduga menyalahgunakan AI untuk propaganda, sensor, dan pengawasan massal. Vance mengingatkan mitra internasional agar tidak terjebak kerja sama dengan rezim otoriter yang menawarkan teknologi murah namun berisiko merusak infrastruktur informasi.

AI dan Masa Depan Tenaga Kerja AS

Berbeda dengan kekhawatiran otomatisasi, Vance meyakini AI justru akan meningkatkan produktivitas pekerja AS. Kebijakan pro-pekerja akan memastikan pelatihan keterampilan AI di sekolah dan menjamin upah yang kompetitif. “AI bukan pengganti manusia, tapi alat untuk kemakmuran,” tegasnya.

Kolaborasi Internasional dan Keamanan Energi

Pertumbuhan AI bergantung pada stabilitas pasokan energi dan manufaktur chip. Vance menyerukan negara-negara Eropa untuk menghentikan kebijakan deindustrialisasi yang mengancam pasokan listrik. “Revolusi AI akan gagal tanpa pembangkit listrik andal dan fasilitas produksi canggih,” tandasnya.

shg | bkb