Singa yang bijaksana, kuat dan perkasa itu kalah di bawah strategi licik saudaranya yang berkolaborasi dengan hyena sang pemangsa yang tidak pernah merasa kenyang. Hyena sebagai binatang buas dan licik, tidak punya keberanian melawan sang raja hutan. Sekalipun mereka terus menerus berupaya untuk menerkam sang raja hutan, namun gerombolan mereka memang sudah ditakdirkan untuk takut dengan raja hutan.
Drama perebutan kekuasaan memang tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya kolaborasi antar berbagai kepentingan. Keluarga dekat raja hutan memang selalu berupaya mencari cara dan jalan agar kekuasaan beralih ke tangannya. Namun, takdir memang selalu berpihak kepada kebenaran, bahwa kekuatan, kebenaran, kearifan dan kebijaksanaan selalu menjadi tantangan terberat bagi para pecundang yang ingin mendapatkan kekuasaan secara tidak halal.
Kelahiran sang putra mahkota yang dideklarasikan oleh sang raja hutan ternyata semakin membuat ketidaknyamanan bagi keluarga lainnya yang menyadari bahwa the rulling party akan pupus untuknya. Ini tentu sangat berbahaya, jika dibiarkan. Rasa dendam, benci, dan superior yang terus menerus disuburkan dalam hati mendorong “kecerdasan sesat” pihak keluarga untuk bersiasat menghabisi raja dan pewaris tahtanya meninggalkan istana kekuasaan.
Satunya-satunya partner kejahatan yang memiliki kekuatan, keberanian, dan mau diajak berkonspirasi menggulingkan kekuasaan adalah heyna yang kelaparan. Wilayah kekuasaan hyena yang sedikit, dengan makanan yang terbatas seperti mendapat peluang untuk masuk ke pusat lingkaran mata rantai makanan. Menerima tawaran sang pemberontak adalah sebuah peluang dan kesempatan untuk mengubah nasib bagi kawanan hyena.
Tidak perlu perang frontal dengan raja, kekuatan raja dengan pasukannya sangat luar biasa, hanya perlu siasat dan strategi jitu. Menang tidak perlu dengan perang dan mengorbankan banyak kawanan hyena. Hanya dibutuhkan strategi tepat, waktu yang tepat dan kemenangan yang diraih tanpa kesan adanya pemberontakan.
Hyena dijanjikan oleh pesaing raja dengan kewenangan mengatur sirkulasi makanan, kekuasaan mengontrol keturunan raja dan selalu berdampingan dengan raja baru nantinya setelah meraih kekuasaan. Tugas mereka tidak membunuh raja, melainkan hanya mendorong gerombolan bison untuk berlarian tanpa arah.
Baca juga: Perawan Dalam Cengkraman Militer
Sementara, tugas sang pemberontak adalah mengajak putra mahkota berjalan-jalan dengan dalih mengajarkan kebijaksanaan dan auman raja hutan yang hebat dan menakutkan. Putra mahkota merasa tertantang, tanpa beban dan merasa hebat kemudian mengikuti keinginan sang paman yang sebenarnya memiliki niat jahat. Kebodohan putra mahkota menjadi biang utama memuluskan niat jahat sang paman.
Ketika misi dan rencana pembunuhan terhadap raja berhasil, hyena dan sang paman mengingatkan kepada putra mahkota, bahwa kesalahan fatalnya adalah telah terlibat dengan matinya raja. Putra mahkota harus meninggalkan kerajaan agar putra mahkota tidak dianggap sebagai pembunuh raja. Ketakutan dan rasa bersalah telah mengakibatkan putra mahkota mengambil langkah salah dan meninggalkan kerajaan.
Kekuasaan berhasil diraih, pemberontak mendapatkan kesempatan menjadi raja, dan para hyena pun menjadi the rulling elit dalam lingkaran kekuasaan makanan. Rakyat sengsara, hyena dengan bebas melakukan apapun untuk mengenyangkan perutnya. Hyena menguasai seluruh pusat-pusat makanan, dan menggunakan kekuasaannya untuk menekan, menerkam dan memangsa siapa saja yang tidak patuh kepada sang raja baru yang arogan.
Pemerataan kemelaratan oleh penguasa baru berhasil diciptakan. Janji-janji kekuasaan di mulut manis raja baru sangat indah. Reformasi kekuasaan dijalankan dengan cara-cara yang bukan menguntungkan rakyat, melainkan untuk hyena. Setiap auman raja, ketakutan bagi rakyat, sebaliknya, keuntungan bagi hyena. Hyena selalu mendampingi raja, raja dibiarkan untuk bersenang-senang di singgasana kekuasaan, hyena dengan patuh menjalankan semua titah raja.
Raja baru, yang lahir dari kejahatan, bersama-sama dengan hyena mendatangkan penjahat-penjahat lainnya yang kelaparan. Kekuasaan dipertahankan dengan mendatangkan serigala-serigala liar. Siapapun di antara penduduk hutan rimba yang membantah dan menyanggah, tugas serigala liarlah untuk menghabisinya. Penduduk hutan, makan setelah sisa dari raja, hyena dan serigala liar.
The lion king tinggal sebagai kenangan sejarah, sang putra mahkota tetap hidup dengan rasa bersalah namun merasa nyaman dengan jauh dari wilayah kekuasaannya yang diambil alih raja baru. Kemelaratan semakin merata, raja baru, hyena dan serigala liar hanya punya kemampuan menghabisi binatang-binatang lemah yang ada di hutan mereka.
Kebijaksanaan tinggal hanya kenangan. Raja baru sudah merasa nyaman, ada hyena dan serigala liar. Raja hanya diminta untuk mengaum, hyena dan serigala mengatur segalanya dan mengeksekusi setiap pembangkangan. Raja baru menjadi simbol kekuasaan, tahta dan singgasana tak pernah ditinggalkan.
~ Penulis, Advokat dan Peneliti PORTAL BANGSA Institute
~ Gambar oleh Bruce Emmerling dari Pixabay