Pada tahun 1343 M, Pu Aditya, lengkapnya Adityawarman dibantu Senopati Senoaji, Banyu Biru dan Senopati Muda Lembu Peteng dengan selaksa pasukan berangkat dari Majapahit untuk melaksanakan amanat keputusan rapat Batahara Sapta Prabu sebagai Ekspedisi Pamalayu. Tugas yang diemban menaklukkan seluruh Sumatra dan Semenanjung Malaya.
Langkah pertama Adityawarman dan pasukannya adalah penaklukan Palembang. Kerajaan Palembang waktu itu dipimpin Maharaja Bagus Kuning dibantu oleh Maha Patih Lawang Kencana. Kota Raja atau pusat Kerajaan Palembang terletak di hulu sungai Musi, terbuat dari dinding yang kokoh dengan pertahanan berlapis. Di depan dinding kota digali saluran yang dialiri air dari sungai Musi. Di depannya ada lapangan luas yang dapat dipantau dari dinding Kota Raja yang dikawal pasukan pemanah.
Setelah mengirim regu penyelidik, didapatkan informasi bahwa di belakang Kota Raja pertahanan kerajaan lemah dan tidak dijaga. Tidak jauh di belakang Kota Raja mengalir anak sungai Musi. Di sungai Musi yang besar Adityawarman menempatkan puluhan kapal besar yang berbendera Majapahit.
Dari sungai kecil di belakang istana di didaratkan ratusan ribu pasukan komando yang dibawa oleh kapal yang tidak berbendera Majapahit. Adityawarman mengirim surat kepada Maharaja Bagus Kuning. Surat tersebut disampaikan oleh beberapa orang utusan. Isi surat meminta agar Kerajaan Palembang bergabung di bawah Majapahit. Jika bersedia pemerintahan Kerajaan Palembang tidak diganggu. Bahkan akan dibantu mempertahankan diri dari kerajaan yang mengganggunya. Jika tidak bersedia bergabung, pasukan Majapahit akan menduduki Palembang
Surat yang dikirim Adityawarman dibalas Raja Palembang dengan menyatakan; Kerajaan Palembang tidak pernah dijajah oleh kerajaan mana pun.
Beberapa waktu sesudah surat dibalas, Adityawarman kembali mengirim surat dan utusan. Isi surat intinya menyampaikan, bahwa sebagian kota raja telah diduduki pasukan Majapahit. Jika tidak menyerah akan terjadi kehancuran kota Palembang.
Setelah meninjau kondisi di belakang istana, Raja Palembang akhirnya menyerah. Palembang takluk kepada Adityawarman, bergabung di bawah Majapahit tanpa peperangan.
Adityawarman mengirimkan laporan tertulis ke Majapahit, ke Prabu Putri Raja Patni dengan menugaskan seorang utusan. Laporan tersebut disampaikan utusan itu melalui petugas admistrasi kerajaan yang bernama Pu Tading. Surat tersebut tidak disampaikannya kepada alamatnya tapi disampaikannya kepada Patih Mataun Patih Wengker. Prabu Dyah Gitarya justru mendapat kabar penaklukan Palembang dari Senopati Senoaji dan Banyu Biru yang kembali dari Palembang. Semenjak itu Kerajaan Palembang selalu mengirimkan upeti tahunan ke Majapahit.
Untuk mengatur sistem Pemerintahan Kerajaan Palembang, Adityawarman menetap tiga tahun di Palembang. Adityawarman juga mengawini anak raja Palembang. Selama tiga tahun itu istri Adityawarman melahirkan seorang anak lelaki, yang diberi nama Parameswara.
~ Penulis: Asbir Dt. Rajo Manegkuto
~ Editor: Asraferi Sabri