~ Delianur
Bisa jadi karena popularitas Socrates dan Plato atau karena cikal bakal Olimpiade yang berasal dari Athena, maka Yunani Kuno sering identik dengan kota tua Athena. Padahal di Yunani Kuno pun ada kota kuno, di mana salah satu kelompok masyarakatnya pada masa itu masih disebut-sebut sampai sekarang, yaitu Sparta. Kota kuno yang merupakan ibu kota Laconia yang berada di tepi Sungai Eurotas, di mana orang-orangnya sering disebut dengan Spartan, atau orang-orang Sparta.
Di antara persamaan Sparta dan Athena adalah pada perbudakannya. Di kedua kota tersebut terdapat perbudakan sebagai bagian dari kehidupan masyarakatnya. Plato meski dikenal sebagai orang bijak, tapi konon adalah filsuf yang menganggap perbudakan sebagai sesuatu yang sah. Sementara di Sparta, kelompok budak itu disebut dengan Helot. Mereka adalah kelompok masyarakat marginal yang banyak mengerjakan pekerjaan domestik dan sering menjadi umpan latihan militer prajurit Sparta.
Sementara di antara perbedaan keduanya terletak pada sikap terhadap perempuan. Di Athena perempuan, sebagaimana para budak, adalah warga negara kelas dua yang marginal. Selain itu, perempuan adalah citra kenikmatan dan keindahan untuk dinikmati sehingga bisa dieksploitasi. Manifestasi sikap terhadap perempuan ini tercermin dari seni patung orang Yunani yang kerap mempertontonkan perempuan dengan telanjang. Sikap seperti ini yang menurut banyak kalangan tidak mau ditiru masyarakat muslim abad pertengahan. Meskipun sarjana muslim abad pertengahan dikenal sangat mengagumi pemikiran filsuf Yunani
Mereka tidak hanya membaca dan mengoleksi, tetapi juga menerjemahkan karya-karya pemikir Yunani ke dalam bahasa Arab. Terjemahan inilah yang kemudian menjadi jembatan antara berkembangnya filsafat Yunani dengan filsafat Barat. Namun berkaitan dengan seni, para sarjana muslim menolak menirunya. Mereka lebih memilih menciptakan kreasi seni baru melalui kaligrafi. Sebuah seni menulis yang di kemudian hari diakui Steve Jobs menjadi inspirasi bagi dia dalam membuat design keypad iMac.
Sementara di Sparta, perempuan mempunyai posisi penting di tengah masyarakatnya. Perempuan adalah para Ibu yang bisa melahirkan dan mendidik prajurit Sparta yang tangguh. Banyak orang ingin mempunyai istri orang Sparta karena perempuan Sparta dikenal bisa mendidik anak dengan baik. Perempuan Sparta dikenal sebagai perempuan terdidik dan menikmati lebih banyak kebebasan dibanding perempuan Yunani kuno lainnya pada masa itu.
Perbedaan lainnya adalah pada karakter masyarakatnya. Di Athena ada filsuf seperti Socrates dan Plato, maka Athena dikenal sebagai kota intelektual. Menurut Plato, nama Athena berasal dari kata “Theos” atau Dewa dan “Nous” atau pikiran. Asal-usul nama kota Athena ini menunjukkan bahwa pikiran dan pemikiran sebagai karakter kuat masyarakat Athena. Karenanya dari kota inilah banyak pemikir atau filsuf yang dikenal masyarakat dunia sampai sekarang.
- Baca juga: [6] Minangkabau: Bangsa Yunani Membawa Polis
Berbeda dengan Sparta. Kota ini dikenal dengan kota militer. Orang Sparta mengenakan wajib militer kepada warganya sejak usia dini. Mereka mempunyai sekolah militer bernama agoge, yang harus diikuti anak-anak Sparta sejak usia 7 tahun. Situs history.com menyebutkan bahwa orang Sparta itu “At age 7, spartan boys entered a rigorous state-sponsored education, military training and socialization program. Known as the Agoge, the system emphasized duty, discipline and endurance”.
Saat anak berusia 7 tahun, itulah masa yang berat bagi perempuan Sparta. Dalam masa inilah mereka mesti terpisah dari anaknya dan melihat anaknya menjalani latihan militer yang keras sampai umur 20 tahun. Anak-anak mesti mengikuti latihan keras; berperang, menyelinap, berburu, dan berlatih fisik.
Pada umur 12 tahun, anak-anak Sparta tidak akan diberi pakaian kecuali sehelai jubah merah dan dipaksa tidur di luar dengan membuat tempat tidur sendiri dari kain. Setelah umur 20 tahun inilah kemudian mereka menjadi prajurit Sparta. Tidak salah bila satu prajurit Sparta dianggap lebih berharga dan berbahaya dibanding beberapa prajurit dari daerah Yunani lain
Menurut laman boombastis.com, di samping memperkenalkan dunia militer sejak usia dini, orang Sparta juga mempunyai metode lain dalam melahirkan prajurit tangguh. Sepertinya, hanya mengizinkan bayi sempurna yang hidup. Sejak hari pertama lahir, bayi Sparta diperiksa petugas khusus apakah memiliki kecacatan atau tidak. Bayi yang tidak mencapai standar kesempurnaan orang Sparta, akan ditinggalkan begitu saja di lembah. Bayi yang beruntung akan diadopsi oleh orang yang lewat, sementara bayi yang bernasib naas akan meninggal. Begitulah, prajurit Sparta adalah prajurit yang sempurna secara fisik.
Selain itu, prajurit Sparta didoktrin tidak menyerah dalam pertempuran. Menyerah dalam pertempuran berarti kehinaan. Pilihan bagi prajurit Sparta hanya dua; menandu atau ditandu. Menandu berarti pulang dalam keadaan menang perang. Sedangkan ditandu, berarti pulang dalam keadaan mati usai perang. Ketika seorang Sparta tewas dalam pertempuran, ia dianggap telah menyelesaian kewajibannya sebagai seorang warga negara. Bahkan menurut Hukum Sparta, hanya ada dua jenis orang yang namanya boleh ditulis di nisan, yaitu wanita yang meninggal karena melahirkan dan pria yang tewas dalam pertempuran.
Mungkin gambaran karakter prajurit Sparta itu bisa kita lihat dalam film berjudul 300 atau film berjudul 300: Rise of an Empire. Film 300 menceritakan Perang Termophyle ketika 300 prajurit pilihan Sparta yang dipimpin oleh Raja Leonidas menghadapi invasi ratusan ribu pasukan Persia yang ingin menguasai Yunani dan Eropa. Persia sendiri pada sekitar abad 400 SM dikenal sebagai kolonialis dan imperialis dari Asia yang ingin menguasai Eropa. Nanti, di abad pertengahan posisi jadi terbalik. Eropa adalah kolonialis dan imperialis yang ingin menginvasi Asia.
Raja Leonidas dalam film 300 digambarkan sudah diambil dari ibunya pada umur 7 tahun untuk mengikuti latihan militer. Dia diajarkan berkelahi, menerima hukuman cambuk karena melakukan kesalahan, tidur di luar ketika musim dingin dengan selembar baju, dan mesti menghadapi serigala besar hitam pemangsa manusia.
Ketika menjadi Raja, ketangguhan dan patriotisme Leonidas terlihat. Tidak seperti para politisi dan pemegang hukum di Sparta yang takut menghadapi invasi pasukan Persia yang dikenal kuat dan banyak. Leonidas maju menghadapi pasukan Persia. Ketika politisi dan pemegang hukum Sparta disuap Persia sehingga tidak mengizinkan Leonidas membawa pasukan Sparta menghadapi Persia, Leonidas tetap maju ke medan pertempuran dengan hanya membawa 300 pasukan Sparta. Dewan di Sparta tidak bisa mencegahnya karena 300 pasukan itu adalah pasukan pengawal Leonidas bukan pasukan Sparta.
Dalam pertempuran Thermopyle inilah kemudian ketangguhan prajurit Sparta teruji. Meski dibantu ribuan pasukan lain dari Yunani, 300 pasukan Sparta ini yang berperan besar membendung puluhan ribu pasukan Persia yang dibawa Xerxes. Pasukan Abadi (pasukan khusus Xerxes), pasukan gajah, ribuan pemanah, pasukan raksasa Persia, tidak bisa menghentikan perlawanan prajurit Sparta.
Pertempuran di Thermopyle sendiri akhirnya dimenangkan Persia karena ada warga Sparta yang berkhianat, memberi tahu jalur rahasia yang bisa memutus perlawanan 300 pasukan Leonidas. Namun banyak orang mengatakan bahwa kekalahan pada pertempuran inilah yang membangkitkan perlawanan orang Sparta. Setahun berikutnya, di bawah pimpinan mantan anak buah Leonidas, orang Sparta berhasil menghalau invasi pasukan Persia.
Ketika Yunani Kuno terdiri dari Kota Athena, yang berisi para pemikir dan filsuf, dan kota Sparta berisi para prajurit tangguh. Dari sini kita jadi mengerti asal muasal teori kekuasaan negara dari Plato. Menurut Plato, setidaknya ada dua golongan masyarakat yang menguasai sebuah pemerintahan. Negara yang dikuasai oleh para filsuf dan negara yang dikuasai para prajurit. Bagi Plato dari Athena, negara ideal adalah negara yang dipimpin orang berilmu pengetahuan atau filsuf. Meskipun Socrates guru Plato adalah orang bijak bestari yang meninggal dengan meminum racun karena menghadapi sikap yang tidak adil penguasa Athena.
Mungkin dari karakter para pasukan Sparta (Spartan), yang dikenal keras, kompak, kuat, pantang menyerah dan tangguh, para penyiar sepakbola sering mengatakan bahwa tim sepakbola yang telah bermain tanpa kenal lelah, pantang menyerah, melawan musuh sampai detik terakhir, disebut sebagai tim sepakbola yang bermain dengan Spartan.
~ Penulis, mantan Ketua PB PII, berasal dari Agam
**Image by mohamed Hassan from Pixabay