Gerakan Cinta Sedekah Menolong Warga Nagari

redaksi bakaba

“Masih banyak warga yang tidak tercover program bantuan pemerintah. Kita, meski belum banyak dan mencukupi, berupaya terus ikut membantu warga,” kata Dendi.

Gerakan Cinta Sedekah di Nagari Gantung Ciri
Gerakan Cinta Sedekah di Nagari Gantung Ciri foto. ist

bakaba.co | Solok | Masyarakat di nagari, sebagian, yang mengalami kesulitan ekonomi, kian parah akibat terdampak Corona: Covid-19. Kondisi itu menggugah munculnya Gerakan Cinta Sedekah di Nagari Gantuang Ciri, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok.

“Gerakan Cinta Sedekah sudah dimulai sekitar lima bulan sebelum pandemi Covid-19. Melalui gerakan menghimpun sedekah umat, ini kita harap sedikit-banyaknya dapat meringankan kesulitan warga nagari.”

Demikian disampaikan Dendi, inisiator Gerakan Cinta Sedekah di Nagari Gantuang Ciri dalam perbincangan dengan bakaba.co, Senin, 25 Mei 2020.

Ikhtiar membangun partisipasi sosial umat berbasis nagari yang digerakkan Dendi dijalankan dengan semangat komunitas. Aktif dalam komunitas tersebut para pemuda, juga figur nagari di bidang agama.

“Kita menghimpun sedekah, ada dari perantau, warga nagari sendiri dan dari pribadi-pribadi yang mengetahui program ini. Dana yang berkumpul disalurkan ke warga Gantuang Ciri yang membutuhkan,” kata Dendi.

Dendi, inisiator Gerakan Cinta Sedekah di Nagari Gantung Ciri
Dendi, inisiator Gerakan Cinta Sedekah di Nagari Gantung Ciri, foto. ist

Dalam momentum menghadapi lebaran, Idul Fitri 1441, melalui Gerakan Cinta Sedekah terhimpun bantuan untuk 240 Kepala Keluarga. Bantuan disalurkan berupa bahan kebutuhan pokok.

“Gerakan ini cukup direspon baik meski belum banyak, tapi kami optimis. Solidaritas, semangat tolong menolong tidak hilang,” kata Dendi, yang aktif di lembaga Majelis Ulama Nagari Gantuang Ciri.

Menurut informasi, warga di Nagari Gantuang Ciri ada 1.500 KK. Beberapa program bantuan yang bersumber dari pemerintah sudah berjalan seperti PKH, bantuan sembako, dan BLT Provinsi, Kemensos juga BLT dana desa di masa Covid-19. Tetapi, masih banyak yang belum terjangkau.

Bantuan bahan pangan, yang diadakan dari dana sini, dibagikan ke warga nagari setelah berkoordinasi dengan wali nagari. Nama-nama warga yang didata nagari, yang belum dapat bantuan sosial dari pemerintah, yang dijadikan sasaran untuk dibantu.

Baca juga: Efek Covid-19: Sumbar Siapkan BLT Rp 225 M

“Masih banyak warga yang tidak tercover program bantuan pemerintah. Kita, meski belum banyak dan mencukupi, berupaya terus ikut membantu warga,” kata Dendi.

Selain membantu warga negara yang berdampak Covid-19, Gerakan ini saat puasa kemarin juga mengadakan takjir. Minuman/makanan dibagikan kepada warga untuk berbuka puasa.

Sejak empat lalu, komunitas Gerakan Cinta Sedekah juga membagi makanan di mesjid nagari setiap Jumat. “Semangat berbagi untuk sesama, itu yang kita dorong melalui komunitas ini,” ujar Dendi.

Menghimpun sedekah, bukan berupa zakat dipilih kata Dendi, agar penyaluran bantuan bisa lebih fleksibel. Menghimpun zakat, penyalurannya terbatas karena terikat aturan zakat.

“Selain itu, zakat sudah ada lembaga amil yang melakukannya. Sedekah ini bisa diberikan siapa saja dengan jumlah yang juga bisa berapa pun,” kata Dendi menjelaskan alasan program yang dilakukannya.

Gerakan Cinta Sedekah kata Dendi memegang prinsip keterbukaan dan kepercayaan. Setiap dana yang terhimpun dan akhirnya disalurkan kepada masyarakat dalam berbagai kegiatan, di informasikan secara terbuka. Kepada pihak-pihak yang bersedekah juga disampaikan informasi.

“Kepercayaan atas amanah menghimpun dan menyalurkan bantuan untuk membantu masyarakat, itu yang jadi prinsip kami,” kata Dendi.

Dendi juga menginformasikan, dia dan rekan-rekan yang memiliki niat berbuat untuk umat, sedang memikirkan kegiatan Gerakan Cinta Sedekah diperluas. “Kita sedang merencanakan cakupan cinta sedekah diperluas,” kata Dendi.

~ aFS/bakaba

Next Post

Revolusi Industri 4.0 dan 'Covid 19'

Semua orang dan ragam aktivitasnya “dipaksa” untuk masuk ke dalam otak disk drive. Dunia tidak lagi dibatasi oleh tempat, waktu dan kultur. Umat manusia bergabung dalam satu “atap rumah”
induistri 4.0 - Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

bakaba terkait