bakaba.co, Bukittinggi – Belum genap setahun, tepatnya sejak Agustus 2017, ojek online alias Gojek terus bertambah di Bukittinggi. Sampai akhir Maret 2018, tak kurang 2.300 unit sepeda motor beroperasi sebagai Gojek. “Ya sudah ribuan Gojek beroperasi. Saya sudah sebulan ini bergabung dengan Gojek. Sebelumnya saya ojek pangkalan.” Demikian seorang anggota Gojek bernama Peri, 42, mengatakan pada bakaba.co di kawasan Urip Sumohardjo, Bukittinggi. “Selain dapat uang tunai, Gojek juga memberi bonus. Sehari bisa dapat dua ratus ribu,” ujar Feri soal penghasilannya bergabung dengan Gojek.
Mulai Aman
Kehadiran Gojek di Bukittinggi sejak Agustus tahun kemarin, sempat diwarnai penolakan. Para sopir dan pemilik angkutan kota dan pedesaan serta pemilik bendi melakukan aksi demonstrasi. Para pihak yang menolak kehadiran Gojek menuntut Walikota Bukittinggi melarang Gojek beroperasi.
Setelah dua kali para sopir dan pemilik angkutan umum kota melakukan demonstrasi: 10 Agustus dan 12 September 2017, Walikota Bukittinggi Ramlan Nurmatias menutup kantor Gojek yang terletak di kawasan By-Pass. “Tetapi aplikasi Gojek tidak bisa saya tutup karena itu urusan pusat,” kata Ramlan Nurmatias, Walikota Bukittinggi.
Penanggung jawab Gojek membiarkan saja kantornya ditutup Satpol PP. Ditutup dalam kota, kemudian Gojek membuka kantor di daerah Kabupaten Agam. Tepatnya di Suraupinang, Nagari Ampang Gadang, Kec. Ampek Angkek.
Penutupan kantor Gojek tidak serta-merta menutup atau menghentikan beroperasinya ojek online tersebut. Dalam pemahaman sopir dan pengusaha angkot, dengan ditutupnya kantor Gojek oleh Pemda Bukittinggi, Gojek tidak boleh beroperasi lagi. Padahal moda transportasi aplikasi Gojek tetap bisa berjalan. Sebenarnya mereka tidak membutuhkan kantor.
Setelah kantor Gojek ditutup Walikota Bukittinggi, para pengendara Gojek menyiasati dengan cara tidak memakai jaket dan helm khas Gojek. Tercatat beberapa kali terjadi insiden berupa ancaman, intimidasi para sopir angkutan umum terhadap pengemudi Gojek.
Kantor Gojek di luar kota Bukittinggi terus menerima peminat untuk bergabung. bakaba.co dapat informasi, sampai akhir Maret 2018 anggota Gojek sudah mencapai 2.300 orang lebih.
“Sekarang sudah lebih aman. Tidak terlalu cemas lagi akan diseruduk angkot atau digertak dengan kata-kata kasar. Saya memakai jaket hijau, jika membawa penumpang saya kasih helm Gojek,” ujar Peri. Beberapa bulan lalu, ketika suasana masih panas, Peri bercerita dia pernah diusir sopir angkot ketika berhenti di suatu lokasi di kawasan kampus sekolah agama.
Sekarang, dalam amatan bakaba.co, setiap saat bisa terlihat pengendara Gojek berseliweran di jalan raya dalam kota Bukittinggi. Jaket dan helm khas Gojek, hijau terang, begitu mencolok. Juga di berbagai lokasi para pengendara Gojek mudah terlihat. Mereka berkumpul, tiga sampai lima orang. Seperti di depan UGD RS Yarsi, Belakang Balok. Mereka sedang menunggu android-nya berbunyi sebagai tanda ada order dari calon penumpang.
“Kalau saya sering memilih gerilya saja, jalan aja meski bensin terpakai. Tidak kumpul-kumpul. Sering saya dapat penumpang ketika sedang jalan begitu,” kata Peri dalam perbincangan dengan bakaba.co.
Hasil Lumayan
Sejak Gojek masuk ke Bukittinggi dan Agam, para peng-ojek pangkalan banyak beralih ke ojek online ini. “Saya termasuk yang telat ikut bergabung dengan Gojek,” kata Peri.
Dalam pengalaman sebulan bergabung dengan Gojek, Peri bisa dapat hasil lumayan. Minimal Rp 200 ribu. “Saya kan baru, belum dapat slah-nya. Kawan yang lain bisa dapat lebih banyak. Bahkan mereka sorean sudah bisa pulang,” kata Peri.
Gojek kata Peri, memotivasi dengan memberi bonus. Sistemnya poin. Dalam satu hari 20 poin dan minimal 14. Peng-Gojek harus dapat poin 14, itu artinya 14 orang dan dapat bonus Rp 20 ribu. Jika terpenuhi 20 poin, atau 20 penumpang, dapat bonus Rp 80 ribu, dapat 16 orang penyewa diberi bonus Rp 40 ribu.
“Kalau dapat penumpang di bawah poin minimal, kita tidak dapat bonus. Akhirnya, penghasilan hanya dari sewa penumpang,” kata Peri.
Dengan pola bonus itu, seorang pengemudi Gojek yang sehari dapat penumpang 20 orang akan berpenghasilan sekitar Rp 200 ribu. Hitungannya, 20 penumpang dengan rata-rata sewa Rp 6 ribu, dapat Rp 120 ribu dan ditambah bonus poin Rp 80 ribu.
“Saya sekarang sedang berusaha mengganti hape. Punya saya ini masih ‘triji’, sinyalnya tidak kuat. Jika saya berkumpul dengan kawan yang hape-nya ‘foji’, hape dia yang bunyi dan dapat penumpang,” cerita Peri.
Selama berbincang dengan bakaba.co, hape si Peri itu tidak ada ber-denting sebagai tanda order masuk. Bisa jadi karena hapenya masih 3-G, belum 4-G.
> Asraferi Sabri