Bali Masuk Daftar Destinasi yang Tak Layak Dikunjungi Tahun 2025

redaksi bakaba

Fodor’s menegaskan bahwa daftar ini bukan bertujuan untuk memboikot destinasi, melainkan untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak pariwisata yang tidak berkelanjutan.

Gambar oleh Trung Khong dari Pixabay
Gambar oleh Trung Khong dari Pixabay

Bali Kembali Disorot Akibat Overtourism

bakaba.co | Bali, destinasi wisata favorit dunia, kembali menjadi sorotan setelah Fodor’s, penerbit panduan perjalanan asal Amerika Serikat, memasukkan pulau ini dalam daftar destinasi yang sebaiknya tidak dikunjungi wisatawan pada tahun 2025 seperti yang dikutip dari independent.co.uk. Daftar ini disusun berdasarkan faktor seperti popularitas berlebihan, kerusakan lingkungan, tekanan sosial, dan infrastruktur yang kurang memadai.

Menurut laporan Fodor’s, overtourism di Bali telah memicu pembangunan tak terkendali yang merambah habitat alami, mengikis warisan lingkungan dan budaya, serta menciptakan kondisi yang mereka sebut sebagai “kiamat plastik.”

Krisis Sampah Plastik Mengancam Keindahan Bali

Pada tahun 2023, lebih dari lima juta wisatawan tercatat mengunjungi Bali. Meskipun angka ini menandakan pemulihan pascapandemi Covid-19, tekanan yang diakibatkan oleh jumlah wisatawan yang tinggi menjadi tantangan serius. Bali Partnership, sebuah koalisi yang fokus pada pengelolaan sampah, memperkirakan bahwa pulau ini menghasilkan sekitar 1,6 juta ton sampah per tahun, dengan sampah plastik mencapai hampir 303.000 ton.

Namun, hanya 48 persen dari seluruh sampah ini yang dikelola dengan baik, sementara sisanya, termasuk sampah plastik, mencemari pantai-pantai seperti Kuta dan Seminyak.

Hubungan Wisatawan dan Masyarakat Lokal Memburuk

Selain dampak lingkungan, overtourism juga memperburuk hubungan antara wisatawan dan masyarakat lokal. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya rasa hormat dari wisatawan terhadap adat dan budaya Bali. Kristin Winkaffe, pakar perjalanan berkelanjutan di Asia Tenggara, mengatakan bahwa tanpa perubahan, Bali berisiko kehilangan identitas budaya yang menjadi daya tarik utamanya.

Sebelumnya, Bali juga pernah masuk dalam daftar Fodor’s pada tahun 2020 untuk alasan yang sama.

Destinasi Lain dalam Daftar Tak Layak Kunjungi

Selain Bali, sejumlah destinasi wisata populer lainnya juga masuk dalam daftar Fodor’s sebagai destinasi yang mengalami tekanan akibat overtourism pada tahun 2025.

Destinasi yang Tak Layak Dikunjungi pada 2025

1. Bali, Indonesia

Gambar oleh wendy saputa dari Pixabay
Gambar oleh wendy saputa dari Pixabay

Bali menghadapi masalah serius akibat overtourism, dengan lebih dari lima juta wisatawan yang mengunjungi Pulau Dewata pada tahun 2023. Hal ini memicu tekanan pada infrastruktur dan menciptakan masalah sampah plastik yang besar di pantai-pantai seperti Kuta dan Seminyak.

2. Barcelona, Spanyol

Gambar oleh Kevin Schwarz dari Pixabay
Gambar oleh Kevin Schwarz dari Pixabay

Barcelona semakin tidak disukai oleh masyarakat setempat karena kepadatan wisatawan yang tinggi dan dampak negatif terhadap kehidupan lokal. Protes terhadap overtourism menjadi semakin umum, dengan ketegangan yang terus meningkat antara wisatawan dan penduduk lokal.

3. Mallorca, Spanyol

Gambar oleh ardulei dari Pixabay
Gambar oleh ardulei dari Pixabay

Mallorca juga mengalami tekanan besar akibat jumlah wisatawan yang membeludak. Penduduk lokal mengeluhkan penurunan kualitas hidup mereka dan peningkatan biaya hidup yang terkait dengan pariwisata massal.

4. Kepulauan Canary, Spanyol

Gambar oleh Marcin dari Pixabay
Gambar oleh Marcin dari Pixabay

Kepulauan Canary menghadapi masalah serupa dengan destinasi pariwisata lainnya di Eropa, dengan pariwisata yang intensif memengaruhi keseimbangan lingkungan dan menciptakan masalah sosial bagi penduduk lokal.

5. Venesia, Italia

Gambar oleh Pietro Carbucicchio dari Pixabay
Gambar oleh Pietro Carbucicchio dari Pixabay

Venesia terus mengalami kepadatan wisatawan yang ekstrem. Meskipun biaya masuk wisatawan yang tinggi telah diterapkan untuk mengurangi dampak negatif, tantangan terkait keberlanjutan masih tetap menjadi masalah besar.

6. Lisbon, Portugal

Gambar oleh Joaquin Aranoa dari Pixabay
Gambar oleh Joaquin Aranoa dari Pixabay

Lisbon menghadapi masalah kurangnya tempat tinggal bagi penduduk lokal karena semakin banyaknya properti yang disewakan untuk wisatawan. Hal ini menyebabkan kenaikan harga properti yang signifikan, memengaruhi kualitas hidup masyarakat setempat.

7. Koh Samui, Thailand

Gambar oleh tomtr dari Pixabay
Gambar oleh tomtr dari Pixabay

Koh Samui menderita akibat peningkatan jumlah wisatawan setelah serial The White Lotus memperkenalkan pulau ini ke lebih banyak orang. Masalah pengelolaan limbah dan pasokan air yang sudah ada sebelumnya semakin diperburuk.

8. Gunung Everest, Nepal

Gambar oleh Devraj Bajgain dari Pixabay
Gambar oleh Devraj Bajgain dari Pixabay

Gunung Everest menghadapi masalah besar terkait sampah yang mencemari jalur pendakian, sementara para pekerja lokal berisiko tinggi saat membantu wisatawan. Pariwisata ekstrem di wilayah ini semakin mengancam kelestarian lingkungan dan keselamatan masyarakat setempat.

9. Agrigento, Italia

Gambar oleh Sabine Kroschel dari Pixabay
Gambar oleh Sabine Kroschel dari Pixabay

Agrigento, yang menjadi Ibu Kota Kebudayaan Italia pada 2025, menghadapi tantangan serius terkait krisis air yang semakin diperburuk oleh lonjakan jumlah wisatawan. Hal ini dapat merusak ekosistem lokal dan mengganggu keseimbangan sumber daya alam.

10. Kepulauan Virgin, Inggris

Gambar oleh Richard Todd dari Pixabay
Gambar oleh Richard Todd dari Pixabay

Kepulauan Virgin di Inggris mulai menunjukkan tanda-tanda tekanan akibat pariwisata yang berlebihan. Kehadiran wisatawan dalam jumlah besar berisiko mengganggu ekosistem laut dan kehidupan masyarakat lokal.

11. Kerala, India

Gambar oleh WikiImages dari Pixabay
Gambar oleh WikiImages dari Pixabay

Kerala, yang dikenal dengan sebutan “God’s Own Country,” mulai terpengaruh oleh pariwisata yang tidak terkelola dengan baik. Dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat lokal menjadi perhatian utama, dan keberlanjutan pariwisata di wilayah ini semakin dipertanyakan.

12. Kyoto dan Tokyo, Jepang

Gambar oleh Adam Derewecki dari Pixabay
Gambar oleh Adam Derewecki dari Pixabay

Kyoto dan Tokyo menghadapi masalah besar akibat lonjakan wisatawan asing. Kyoto khususnya mengalami tekanan besar terhadap budaya lokal, sementara Tokyo menghadapi tantangan urbanisasi yang semakin membebani kota.

13. Oaxaca, Meksiko

Gambar oleh Javs Jiménez dari Pixabay
Gambar oleh Javs Jiménez dari Pixabay

Oaxaca, yang semakin populer di kalangan wisatawan, kini menghadapi tekanan terhadap masyarakat adat dan budaya lokal. Popularitasnya membawa tantangan besar terkait perlindungan warisan budaya yang harus segera ditangani.

14. Pantai Utara Skotlandia, Inggris

Gambar oleh Jason Parker dari Pixabay
Gambar oleh Jason Parker dari Pixabay

Rute perjalanan darat yang sangat populer ini menyebabkan kemacetan lalu lintas dan kurangnya fasilitas berkemah yang memadai. Hal ini menciptakan ketidaknyamanan bagi penduduk setempat serta kerusakan lingkungan yang semakin parah.

Ajakan untuk Pariwisata Berkelanjutan

Fodor’s menegaskan bahwa daftar ini bukan bertujuan untuk memboikot destinasi, melainkan untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak pariwisata yang tidak berkelanjutan. Dengan adanya perhatian terhadap isu ini, diharapkan wisatawan dan pemerintah setempat dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk menjaga kelestarian lingkungan dan budaya.

rst | bkb

Next Post

KPK Periksa Sejumlah Pejabat Pemprov. Bengkulu di Mako Polresta Bengkulu

"Kami hanya mengamankan lokasi dan fasilitas untuk kegiatan ini. Semua proses pemeriksaan adalah tanggung jawab KPK," ujar Deddy.
KPK - bakaba.co

bakaba terkait