Ilmu Basi

redaksi bakaba

Adalah ilmu tua dan klasik. Karena sudah lama, orang mulai lupa namanya. Namun jurus-jurusnya masih terpakai sepanjang masa. Macam-macam nama jurusnya.

Gambar oleh Massimo Pischedda dari Pixabay
Gambar oleh Massimo Pischedda dari Pixabay
Muhammad Nasir - bakaba.co
Muhammad Nasir

~ Muhammad Nasir

Jelang siang di simpang empat lampu merah Lubuk Bagaluang. Suasana tak terlalu ramai saat lampu merah menyala. Kendaraan yang mengarah ke Taluak Bayua atau ke kanan ke arah kampus UPI berhenti. Saya berada di sana, dalam susunan yang tak teratur.

Ruas jalan itu sejatinya dapat diisi oleh tiga mobil atau empat banjar dengan kendaran roda dua. Tentu saja bila pengendara dapat membagi jalan dengan sempurna. Tapi tidak untuk siang-siang itu (sebenarnya juga pada waktu-waktu yang lain). Crowded.

Satu lajur kiri mestinya dikosongkan untuk pengendara yang belok kiri menuju Indaruang. Namun entah apa yang merasukinya, satu kendaraan berhenti sempurna di lajur kiri itu. Sepertinya ia akan menuju ke arah Taluak Bayua. Alhasil beberapa kendaraan tertahan di belakang mobil yang ‘gagah ganteng’ itu.

Tingkah bertingkah bunyi klakson mengingatkan pengendara nakal tersebut. Dari atas motor Mio J biru keluaran 2013, saya lihat pengendara mobil tersebut diam saja seolah tak terjadi apa-apa. Bahkan meski truk besar dengan kesal sudah telolet-telolet di belakangnya, namun ia acuh-acuh jua. Ee…tak tuntuang, jeh!.

Tak dapat lagi bersabar, pada akhirnya sopir truk besar yang mentelolet tadi menjulurkan kepalanya ke luar mobilnya (lewat pintu mobil sebelah kanan). Ia lalu berteriak: “Oi…baruak! Di maa ang tagak ko?”

Ajaib, baruak itu –maksudnya sopir mobil yang menghalangi jalan tadi– langsung bergerak. Ia melaju ke kesalahan ke-2, menerabas lampu merah. Dalam khazanah Minangkabau, sopir yang diper-baruk itu sedang menerapkan Ilmu Basi.

Tentang Ilmu Basi

Ilmu Basi adalah ilmu lama. Karena sudah lama, orang mulai lupa namanya. Namun jurus-jurusnya masih terpakai sepanjang masa. Macam-macam nama jurusnya. Ada basibagak, basibanak, basipakak, basigalia dan segala macamnya.

Saya periksa kamus lengkap bahasa Minang karya Inyiak Gouzali Saydam (2004). Basibagak artinya ingin menang sendiri, tidak mau mengikut aturan yang sudah ditetapkan bersama. Maunya mengikuti aturan sendiri. Sekilas, orang yang basipakak terlihat berani, tetapi beraninya membuat kesalahan, berani melanggar aturan. Berani apa pula ini?

Basibanak tak ada dalam kamus itu. Tetapi asal katanya banak, besepadan dengan kata benak, isi kepala atau otak. Kalau sudah kesal, orang Minangkabau menyebut otak atau pikiran dengan banak. Waspadalah jika kata ini disebutkan. Jangan senyum-senyum juga.

Ragam penggunaan kata banak ini juga digunakan dalam idiom yang lain, yaitu babanak dalam arti mempunyai benak atau otak dan pikiran. Jika ada kalimat ‘sarupo urang indak babanak’, artinya adalah seperti orang yang tidak berakal pikiran yang sehat. Orang seperti ini juga sering diumpat dengan istilah ‘babanak di ampu kaki’, artinya tidak berpikiran dan berperasaan sama sekali.

Basipakak termasuk satu jurus juga dalam ilmu basi. Asal katanya pakak, artinya tuli, tidak mendengar. Fungsi fa’al alat pendengarannya tidak berjalan, makanya ia tuli. Dalam kondisi ekstrim, orang seperti ini disebut dengan pakak badak (tuli seratus persen). Jika masih bisa mendengar sedikit-sedikit, disebut dengan pakak labang. Istilah lainnya adalah pakak turiak, artinya tuli karena disebabkan oleh penyakit turiak, sejenis penyakit infeksi telinga yang membuat lubang kuping seseorang mengeluarkan cairan berbau busuk. Orang ahli THT mungkin tahu nama penyakitnya. Tanya saja ke sana.

Meski pakak badak, pakak labang dan pakak turiak adalah sejenis penyakit, namun dalam keseharian juga sering digunakan untuk memaki dan mengumpat. Dia mempunyai makna konotasi, makna tambahan yang berhubungan dengan nilai rasa. Makian ini sering digunakan untuk orang yang pura-pura tidak mendengar, bebal dan tak mempan nasehat. Dari makna konotatif inilah keluar istilah basipakak.

Terkahir, basigalia adalah galir, licik dan mau menang sendiri. Supaya orang bule juga tahu, galia dalam bahasa Inggris bisa disebut Sly, Crafty, Tricky, Cagey, Wily dan lain-lain dalam makna negatif. Istilah Minangkabaunya cadiak buruak. Bacalah buku Karl G. Heider (2011), The Cultural Context of Emotion: Folk Psychology in West Sumatra.

Berat dugaan saya, berdetak hati saya, sopir yang diper-baruak tadi sudah mengamalkan ilmu basi ini dengan sempurna. Semua jurus, malahan.

Basibagak, basibanak dan basipakak. Sedikit kelemahannya adalah, bahwa ilmu basinya ternyata hanya berlaku untuk manusia. Begitu disebut baruak alias beruk-monyet. Lunturlah ilmunya.

Terakhir, meskipun ilmu basi dikenal di Minangkabau, namun jurus-jurusnya juga berkembang di berbagai masyarakat kebudayaan lainnya di nusantara. Nama ilmunya, ndak tau saya doh! [*]

*Penulis, Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol, Padang
muhammadnasir@uinib.ac.id
**Gambar oleh Massimo Pischedda dari Pixabay

Next Post

Diskusi Mahutama: Refleksi Dinamika Ketatanegaraan 2019

"Muhammadiyah memiliki peran besar dalam ketatanegaraan di Indonesia. Pernah menggagas pembahasan Pancasila waktu Muktamar di Makassar. Pemikiran itu menghasilkan buku Pancasila sebagai dar al’ahdi dar as syahadah.
Diskusi Refleksi Dinamika Ketatanegaraan Indonesia 2019 - MAHUTAMA - bakaba.co

bakaba terkait