Pedagang Kerupuk vs Oknum Polisi Pamong

redaksi bakaba

Taufik Zubrian, netizen yang prihatin atas tindakan petugas yang merusak dagangan warga itu mengatakan, “Lah bantuak di Jawa satpol PP Kota Bukitinggi mah. lah ndak bantuak urang Minang lai doh. Ndak dipakai adat “raso pariso”.

Image by NihilismoCero from Pixabay
Image by NihilismoCero from Pixabay

bakaba.co | Aksi tanpa hati yang dilakukan oknum Polisi Pamong Praja kota Bukittinggi terhadap pedagang kerupuk di kawasan Jam Gadang Bukittinggi, viral. Ribuan netizen menyaksikan dan menyebarkan video berdurasi 23 detik itu di jaringan media sosial.

Tindakan oknum anggota Polisi Praja kota Bukittinggi itu menimbulkan berbagai komentar, mulai dari rasa marah, kesal, makian sampai komen yang menyebut nama-nama hewan itu. Peristiwa terjadi Senin, 4 November 2019 sekitar pukul 20.00 WIB di kawasan Jam Gadang Bukittinggi.

Seorang pengacara yang prihatin atas peristiwa itu menyatakan, siap menjadi pengacara pedagang kerupuk kuah atau pedagang asongan yang kena tindakan brutal itu.

Tangkapan gambar dari video viral
Tangkapan gambar dari video viral (1)

“Gratis,” tulis Zulhefrimen Lujur, sang pengacara di akun Facebook-nya yang juga menyertakan video yang viral itu, Senin, 4 November 2019.

Mencermati rekaman video aksi oknum anggota Polisi Pamong Praja itu, terlihat beberapa petugas berdiri di depan pria yang tertahan mengayuh becak motornya. Di bagian kiri badan becak ada beban berupa dagangan. Lalu, seorang yang berpakaian seragam pamong praja berjalan cepat ke bagian samping becak dan mengangkat (sambil menarik) becak yang menyebabkan barang berserakan.

Terlihat ada kerupuk yang jatuh pecah berantakan. Juga ada ember merah kecil terpelanting dan isinya berupa kuah kerupuk tumpah dijalan aspal

Tangkapan gambar dari video viral
Tangkapan gambar dari video viral (2)

Cerminan Atasan

Video tindakan anggota Polisi Pamong Praja yang tidak simpatik itu menimbulkan ribuan komen netizen.

Seorang netizen, Tasmon membuat komentar: Video ini sudah beredar ke seluruh masyarakat Bukittinggi dan luar Bukittinggi, semua mengucapkan sumpah serapah, mungkin dulu kita sama-sama susah, jangan SOMBONG lah,” tulis Tasmon.

Ada juga netizen mengingatkan bahwa tindakan aparat penertiban di kota Bukittinggi itu “sangat bertentangan dengan Sila ke 5 Pancasila yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” kata netizen Fadhly Reza, “

Warga masyarakat lain di medsos mengatakan dalam bahasa Minang, Katoan se elok-elok. Anak bininyo kan butuh makan. Butuh biaya sekolah. Cubo sanak nan di posisi bapak tu. Apo nan taraso di sanak di model tuan, agak satu bulan tidak tamakan di sanak nasi doh mah. “Saling menghargailah kito. Awak makan, inyo ka makan juo,” tulis Muhammad Ilham.

Prilaku oknum petugas yang kasar itu juga dapat komen mengingatkan pelaku, “kana la anak bini, jan tadorong kasar dan tak bermoral Allah maha tahu dan akan membalas setiap prilaku kita, amiin,” tulis Cut Anita.

Taufik Zubrian, netizen yang prihatin atas tindakan petugas yang merusak dagangan warga itu mengatakan, “Lah bantuak di Jawa satpol PP Kota Bukitinggi mah. lah ndak bantuak urang Minang lai doh. Ndak dipakai adat “raso pariso“.

Tindakan kasar oknum petugas Polisi Pamong Praja terhadap pedagang kerupuk kuah itu karena ada larangan berdagang di kawasan Jam Gadang Bukittinggi.

Seorang netizen mempertanyakan, “apakah pedagang kecil yg cuma cari sesuap nasi dan mencarikan untuk menyekolahkan anak ga boleh hidup di KikTinggi ya, apakah yg boleh hidup itu cuma kalangan Jet Set saja,” tanya Tasmon.

Ada netizen yang berpendapat bahwa tindakan anak buah bisa mencerminkan atasan. “Arogansi anak buah adalah cerminan arogansi ‘induak samang’, komen netizen Yovaldri Riki dan membuat tagar ajakan membela pedagang: #SaveKarupuakKuah.

Ada juga netizen yang marah dan menulis: “Hukum karma berlaku. . Tunggu saja giliran,” kata netizen Mira Karmila.

~afs/bakaba

*Illustration image by NihilismoCero from Pixaba

Next Post

Bijak Menggunakan Media Sosial

Kadang-kadang tanpa sensor yang memadai. Misalnya, foto diri sedang pakai baju dalam, sedang di dapur yang berantakan, kadang-kadang memang tak layak lapor ke lini masa. Semuanya telah telanjang.
Gambar oleh Thomas Ulrich dari Pixabay

bakaba terkait