Setelah menaklukkan Bali, tahun 1342 M Adityawarman ditugaskan kerajaan Majapahit membangun arca Manjusri. Arca itu dibangun dalam kompleks candi Jago, Malang. Tahun 1343 M atau 1275 tahun saka, arca Manjusri di Candi Jago siap dibangun.
Arca Manjusri menurut ajaran Tantrayana Syiwa Budha dapat mempersatukan dan melancarkan jalan roh moyang dan kaumnya nanti bersama Dhyani Budha Aksobnya menuju Nirwana.
Ajaran Tantrayana Syiwa Budha adalah gabungan ajaran Budha dengan agama Hindu Syiwa. Ajaran ini berdiri di timur Benggala pada abad ke-6 M. Laku berkembang ke utara melalui Tibet, ke Mongolia, Cina dan Jepang. Ke wilayah Asia Tenggara berkembang pada abad ke-11 M. Puncak kekuatan sekte ini pada Bhairawa Syiwa. Di Jawa berkembang di zaman raja Karta Negara dan di Sumatra di zaman Adityawarman.
Seorang birawa yang menganut ajaran Tantrayana Syiwa Budha melakukan upacara moksa setiap kali berhasil mengalahkan musuh. Dalam upacara moksa, dilakukan lima M yakni:
a. Matsya adalah pembacaan mantra
-mantra dan dengan tarian telanjang, bermusik pukulan tulang-tulang manusia.
b. Mamsa, yaitu meminum darah, makan benak dan daging manusia dengan batok kepala orang sebagai cawan dan piringnya
c. Madya; menghilangkan dunia fana dengan bermabuk-mabukan memasuki dunia bawah sadar bersama sang dewa dengan meminum tuak dan sebangsanya..
d. Maltina; melakukan hubungan seksual dengan keperkasaan..
e. Mudra; melakukan gerakan tangan menimbulkan tenaga dalam yang gaib.
Pada tahun 1342 M itu juga Wijayarajasa melakukan pertemuan di Kepatihan Wengker. Pertemuan dipimpin langsung oleh Wijayarajasa. Hadir Patih Mataun, Senopati Lembu Peteng, Tading dan beberapa pembesar Wengker lainnya yang dipercaya oleh Wijayarajasa.
Wijayarajasa menyampaikan: “Pewaris Raden Wijaya yang sah itu ialah Jaya Wijaya, Dyah Gitarya dan Dyah Wiyat. Ketiganya mempunyai hak yang sama terhadap Majapahit. Sudah 15 tahun Majapahit dikuasai Dyah Gitarya dibantu dua orang kuat Gajah Mada dan Aditya. Kedua mereka bersatu teguh tak tergoyahkan. Kita usahakan Gajah Mada duduk sebagai Maha Patih supaya hak-hak Dyah Wiyat di Majapahit tidak dihilangkan.. Kita masih dapat mengusahakan Gajah Mada berlaku adil asal sumpah Palapa-nya kita sokong.
Aditya adalah orang yang paling dekat dengan bunda Dyah Gayatri dan Dyah Gitarya. Dia harus disingkirkan jauh dari Majapahit, ke seberang lautan.
Semua rahasia Majapahit terletak di Kepala (Senopati) admistrasi Majapahit. Untuk jabatan ini kita angkat Tading.
Semua kegiatan kita pusatkan di Wengker di bawah komando Patih Mataun. Semua pekerjaan haruslah dikerjakan tanpa terlihat dan misteriuslah agar tidak teraba, sampai masanya melakukan gerakan terbuka”.
Ekspedisi Sumatra
Setahun setelah itu, tahun 1343 M diadakan sidang Bathara Sapta Prabu Balai Witana. Sidang dipimpin Prabu Dyah Gayatri Biksuni Raja Patni. Sidang dihadiri Dyah Gayatri Biksuni Raja Patni, Dyah Putri Gitarya Tri Buana Tungga Dewi, Dyah Diyat Raja Dewi Maharani, Wredda Mentri Arya Dewa Raja, Pu Aditya dan Maha Patih Gajah Mada.
Prabu Dyah Gayatri Biksuni Raja Patni menyampaikan: sudah 15 tahun Prabu Jaya Negara meninggalkan kita. Selama itu pula saya menjabat Gusti Raja Majapahit dengan perwalian Dyah Gitarya Tri Buana Tungga Dewi. Daerah seberang laut telah dapat kita kuasai yaitu Bedahulu di Bali dan kerajaan Perigi di Lombok. Di antara orang-orang kita yang berkemampuan dan saya percayai hanya dua orang yaitu adinda Pu Aditya dan adinda Gajah Mada.
Saya mempunyai saran kakang Pu Aditya diberi tugas menaklukkan wilayah Nusantara Barat dari Aceh sampai Lampung, Bangka, Biliton, Semenanjung Malaya, Bangka, Karimata dan pulau Perca, serta perdagangan di wilayah tersebut.
Tugas ini juga sebagai penerus tugas yang diberikan ayahanda Karta Negara kepada Wisma Rupa Kumara, ayah adinda Pu Aditya sebagai ekspedisi Pamalayu. Maka ekspedisi ini dapat dianggap sebagai ekspedisi Pamalayu ke-2. Tata cara dan sistem yang dipakai diserahkan kepada kebijakan adinda Pu Aditya.
Maha Patih Gajah Mada ditugaskan menaklukkan wilayah timur dari Kalimantan sampai Irian. Tata cara dan sistem yang dipakai diserahkan kepada Adinda Gajah Mada. Kalau ada saran lain mohon disampaikan.
Maha Patih Gajah Mada menjawab: saya siap melaksankananya. Aditya menjawab: saya juga siap melaksanakannya.
~ Penulis: Asbir Dt. Rajo Mangkuto
~ Editor: Asraferi Sabri