Orang Bali mempunyai sifat berani: mereka siap mati daripada berada di bawah kerajaan lain. Sifat ksatria orang Bali itu membuat Majapahit butuh pengorbanan yang besar untuk menaklukkan Bali.
Pada tahun 1339 M, Gajah Mada dengan selaksa pasukan, lima orang panglima, puluhan kapal besar berlayar menuju selatan Bali. Pasukan Gajah Mada membongkar jangkar di pantai utara pulau Serangan. Pulau itu pantainya bagus untuk pendaratan. Gajah Mada dan panglima lain telah mengetahui, tidak jauh dari pantai telah ada parit-parit pertahanan. Juga ada pertahanan pasukan pemanah yang disiapkan di atas pohon kelapa.
Pada hari kelima, kapal-kapal pasukan Gajah Mada mengubah posisi. Lambung-lambung kapal dibuat mengarah ke pantai Bali dan lebih ke pantai. Sebagian umbul-umbul di kapal dicopot, dipindahkan ke kapal yang telah dirapatkan.
Kapal yang tidak pakai umbul-umbul diberangkatkan, sebagian menuju ke pantai barat di bawah komando Gajah Enggong dan Seno Aji. Mereka akan didaratkan di Sangeh. Di Sangeh mereka menuju Ubud, Istana Bedahulu.
Kapal yang diarahkan ke timur, di bawah pimpinan Adityawarman, juga tidak pakai umbul-umbul akan didaratkan di Tanjung Melanting, dekat Labuhan Amuk.
Setelah mendarat di pantai Sangeh, pasukan Gajah Mada langsung menuju istana kerajaan melalui jalan terdekat. Pasukan berjalan di daerah yang tidak biasa dilalui orang-orang. Naik dan turun gunung . Di daerah Bangli, di tempat yang tersembunyi, mereka membuat markas. Gajah Mada dengan Nala Dewa langsung menyerang pertahanan Bedahulu dimulai dengan penyerangan senjata guntur alias meriam.
Dengan senjata meriam Gajah Mada menembaki pertahan Bedahulu. Pohon kelapa banyak menjadi sasarannya, pasukan pemanah di atas pohon kelapa turun dan berlarian mungundurkan diri. Pasukan Majapahit maju menyeberangi parit pertahanan. Terjadi pertempuran basosoh.
Pada malamnya Kebo Iwa kedatangan Rana Gampar, komandan pasukan tilik sandi yang ditunggu tunggu telah beberapa hari tak kunjung datang.
Badan Rana Gampar penuh luka-luka. Dalam keadaan hampir mati, Rana melaporkan seluruh anak buahnya yang berjumlah seratus orang lebih telah tertangkap dan semuanya telah tewas. Hanya dia yang dapat meloloskan diri dalam keadaan hampir mati.
Majapahit membagi pasukannya atas tiga bagian sebagian mendarat dari Barat dan sebagian dari timur. Dari pantai pulau serangan dipimpin oleh Gajah Mada.
Belum tuntas laporannya, Rana Gampar menghembuskan napas yang penghabisan.
Kebo Iwa mengambil kuda, dan memacunya ke arah kedatangan Gajah Mada. Dia dengar senjata guntur masih menggelegar. Dia langsung memasuki pertempuran mencari dan menantang Gajah Mada perang tanding.
Baca juga: [13] Minangkabau; Majapahit di Bawah Gayatri
Melihat Kebo Iwa berkelahi dengan Gajah Mada, perang bersosoh terhenti. Mereka menyaksikan perkelahian dua sosok satria. Lama juga perang tanding berlangsung. Masing-masing pedang mereka terlepas. Keduanya melanjutkan perkelahian dengan keris masing masing. Bahu Gajah Mada terkena keris Kebo Iwa. Gajah Mada sempoyongan. Kesempatan ini dipergunakan Kebo Iwa menyerang Gajah Mada. Tiba-tiba perkelahian terhenti, keduanya berdiri terpisah. Masih dalam keadaan berdiri, darah memancar dari badan Kebo Iwa. Keris tertancap di dada kirinya menembus jantungnya, lalu jatuh tersungkur. Gajah Mada segera mengobat bahunya dari racun keris Kebo Iwa yang mengenanya.
Pasukan Majapahit maju terus menuju pusat kerajaan Bedahulu. Sewaktu pasukan Gajah Mada sampai di Ubud, Gianyar, istana Bedahulu, Pu Adtya dan Gajah Enggoing telah menduduki tempat itu. Raja Bedahulu dengan seluruh kaumnya telah tewas. Mereka yang tertangkap hidup hanyalah Maha Patih Pasunggris.
Dalam dua minggu pertempuran, hampir seperlima pasukan Majapahit tewas. Setelah menduduki Bali, selama dua bulan dilakukan patroli wilayah untuk pengamanan perlawanan dari kelompok yang masih belum mengakui kekalahan mereka.
Pengembangan penguasaan wilayah dilanjutkan ke kerajaan Perigi di pulau Lombok. Adityawarman ditinggalkan di Bali untuk mengatur pemerintahan yang telah ditaklukkan. Kerajaan Perigi menyerah tanpa ada pertempuran.
Pelaksanaan upacara Pasewakan Agung yakni acara sowan tahuna, telah dekat. Penaklukan Bali dan Lombok telah selesai, semua rombongan ekspedisi Majapahit kembali ke kotaraja Trowulan. Pasewakan Agung tahun itu, 1341 M, dibuat lebih meriah. Berbagai hadiah disampaikan kepada Prabu putri.
~ Penulis: Asbir Dt. Rajo Mangkuto
~ Editor: Asraferi Sabri
~ Gambar oleh Peter Biela dari Pixabay