[7] Minangkabau: Kedatangan Bangsa Tamil

redaksi bakaba

Sekitar abad ke-3 Masehi bangsa Tamil berdatangan ke Sumatra. Mereka mendarat di Barus dan menyebar ke hampir seluruh daerah di Sumatra. Sebagian di antara orang Tamil bermukim di sebelah utara.

Gambar oleh Vishnu Vasu dari Pixabay
Gambar oleh Vishnu Vasu dari Pixabay

INDIA merupakan bangsa besar dengan wilayah luas yang ditempati dua bangsa besar yang lebih dahulu berbudaya yakni rumpun bangsa Indo Arya dan rumpun bangsa Tamil.

Rumpun bangsa Indo Arya menempati daerah bagian utara dan tengah terdiri dari etnis Hindi, Sanskerta, Benggali, dan Gujarati dengan ciri khas dialek masing-masing yang termasuk rumpun bahasa sanskerta.

Rumpun bangsa Tamil menempati wilayah bagian selatan dengan pantai pantainya sampai pulau Sailan terdiri dari etnis Pallawa, Chola, Pandya dengan dialek khas masing-masing yang termasuk rumpun bahasa Tamil.

Sailan dan pantai India selatan yang ditempati bangsa Tamil adalah daerah transit insidentil perdagangan sea-routes. Kapal-kapal Arab dari selat Perca berlayar menuju Maladewa dan Yaman. Bangsa Tamil mengetahui Barus dan Sumatra bagian tengah sebagai daerah penghasil kampher dan lada. Kedua hasil hutan itu sangat dibutuhkan di negara-negara tepi laut tengah.

Sekitar abad ke-3 Masehi bangsa Tamil berdatangan ke Sumatra. Mereka mendarat di Barus dan menyebar ke hampir seluruh daerah di Sumatra. Sebagian di antara orang Tamil bermukim di sebelah utara. Etnis Karo dan Batak adalah keturunan mereka. Istilah Sembiring dengan anak sukunya Meliala, Pania dan Chalia berasal dari bahasa Tamil. Banyak istilah bahasa Tamil ditemukan di tanah Batak dan Karo.

Di Sumatra bagian tengah juga bermukim bangsa Tamil. Ada yang berpendapat, bangsa Tamil yang datang ke Sumatra bagian tengah bukan menyebar dari Barus. Mereka datang langsung dari pantai India selatan, mendarat di Tiku, Katiagan dan pantai-pantai barat Sumatra Barat lainnya.

Prasasti batu bapahek di Saruaso ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Melayu tua dan bahasa Tamil. Suatu pertanda di Minangkabau di zaman itu, di abad ke-3 M, banyak masyarakat yang memakai bahasa Tamil.

Kehadiran bangsa Tamil di Minangkabau meninggalkan banyak bahasa, atau istilah yang berasal dari bahasa Tamil. Di antaranya: gudang, suaso, kolam, kodi, peti, niaga, marapulai, pualam, cemeti, jodoh, gundu, bedil, belenggu, dahaga, kanji, mahligai, talam, onde onde, apam, serabi dan banyak lagi yang lain.

Istilah Nagari juga berasal dari bahasa Tamil yang artinya Negara bagian yang mandiri. Sampai sekarang daerah kecil di Minangkabau masih bernama Nagari. Wilayah Sumatra bagian tengah mereka namakan Minanga Kambwa artinya wilayah penghasil kampher. Dalam bahasa sanskerta kampher disebut Kapura Dwipa untuk nama Minangkabau yang berarti wilayah penghasil Kampher. Wilayah tersebut mencakup “Tri Arga”, wilayah lembah tiga gunung; Singgalang Merapi dan Sago. Tri Arga meliputi wilayah “Tigo Luak”, nama, yang melekat sampai sekarang.

Kampher dalam bahasa Arab, Al-Qur’an disebut qafur. Dalam bahasa Indonesia disebut kapur. Dalam bahasa Tamil disebut kambwa. Minanga Kambwa juga berarti pertemuan dua sungai yakni Kampar Kiri dan Kampar Kanan yaitu “Kuntu”, Kampar. Juga berarti pertemuan hulu sungai Kampar yaitu “Muaro Takus”.

Dalam tambo Minangkabau yang ditulis Mid Jamal, lebih kurang tahun 250 M bangsa Tamil mengambil kekuasaan dari keturunan bangsa Yunani. Raja Pariangan pertama dari bangsa Tamil ialah Dapunta Hyang. Dapunta bahasa Tamil artinya Yang Dipertuan. Polis-polis yang dibuat sebelumnya oleh bangsa Yunani dari Dinasti Ptolemy merupakan Negara bagian yang mandiri, dalam bahasa Tamil disebut Nagari. Nama polis ditukar dengan Nagari. Istilah itulah yang terpakai sampai sekarang.

Ada lima polis yang awalnya dibentuk dan dipimpin Dinasty Yunani yakni Polis Pasumayan Kotobatu dengan pusat Pariangan, polis Padang Panjang, polis Bungo Setangkai dengan pusat Sungai Tarab. Polis Dusun Tuo dengan pusat Limo Kaum dan polis Batipuah.

Kelima Polis itu diambil alih oleh Dinasty Tamil dengan mengubahnya menjadi Nagari. Setiap nagari dipimpin oleh Kapalo Nagari dengan pengawasan Kerapatan Nagari. Kapalo Nagari diangkat dari kemenakan Kapalo Nagari yang bapaknya juga berasal dari Kapalo Nagari atau pernah jadi Kapalo Nagari. Bisa juga diangkat Kapalo Nagari dari nagari tetangga atau dipilih dari Penghulu, Datuak Pucuk di Nagari.

Panghulu Pucuak terdiri dari kemenakan Datuak Pucuak di bawah dagu dan anak dari Pangulu Pucuak. Kerapatan Nagari terdiri datuak-datuak Pucuak. Datuak Pucuak hanya satu orang dari satu suku. Jika dalam Nagari itu ada delapan suku maka jumlah datuak Pucuak hanya delapan orang. Sistem ini telah mulai semenjak Dinasti Ptolemy, Yunani dalam sistem polis dan semakin dikokohkan oleh Dinasti Tamil. Nagari Nagari yang di bawah Dinasti Tamil membuat sistem seperti pola polis.

~Penulis: Asbir Dt. Rajo Mangkuto
~Editor: Asraferi Sabri

~Gambar oleh Vishnu Vasu dari Pixabay 

Next Post

Gugus Tugas Covid-19 Tingkat RT dan Jorong Itu Penting Sekali

Gugus Tugas Covid-19 Tingkat RT dan Jorong Itu Penting Sekali Bagikan       
Capture video FISIP Unand

bakaba terkait