Gambar Rendang oleh Robert Lens dari Pixabay

Pengakuan UNESCO untuk Rendang: Pemerintah Diminta Siapkan Masterplan

bakaba.co, Padang, – Rendang, salah satu ikon kuliner khas Minangkabau, tengah menuju pengakuan resmi sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Terkait hal ini, Pengamat Pariwisata Universitas Andalas, Sari Lenggogeni, mendorong pemerintah untuk segera menyusun masterplan guna memaksimalkan promosi rendang secara global.

Strategi Promosi dan Komunikasi Terpadu

Dalam keterangannya, Kamis (5/12), Sari menekankan pentingnya pendekatan promosi terintegrasi secara offline dan online. “Promosi dan komunikasi harus dipersiapkan, termasuk branding City of Rendang, pengembangan desa wisata, serta strategi pemasaran ekonomi kreatif,” ujar Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Sumatra Barat tersebut.

Baca juga: Inovasi Dosen UM Sumbar, Kulit Pisang Jadi Keripik

Menurut Sari, 50% wisatawan yang mengunjungi suatu destinasi adalah pecinta kuliner atau foodies. Sebuah kajian menunjukkan bahwa wisatawan nusantara dan mancanegara menempatkan kuliner sebagai tiga daya tarik utama dalam sektor pariwisata.

Sumatra Barat, Pusat Otentik Kuliner

Sebagai tempat asal rendang, Sumatra Barat memiliki potensi besar untuk memperkuat posisinya dalam peta kuliner dunia. Sari menyebut bahwa branding Sumatra Barat sebagai pusat kuliner otentik dapat dibandingkan dengan popularitas pizza dari Italia atau teh dari Tiongkok.

“Semua orang akan mencari asal-muasal otentik makanan ikonik, dan Sumatra Barat harus menjadi pusat dari rendang dan kuliner Minangkabau lainnya,” ujar Sari.

Pengakuan Global dan Filosofi Rendang

Prestasi terbaru masakan ini sebagai salah satu Top 50 Delicious Food versi CNN menjadi momentum penting. Masakan khas Minangkabau tidak hanya dikenal karena kelezatannya, tetapi juga filosofinya, seperti nilai kesabaran, kebijaksanaan, dan ketangguhan dalam proses pembuatannya.

Sari juga menyoroti kekuatan narasi rendang, mulai dari sejarahnya sebagai suplai makanan saat Perang Dunia II hingga perannya dalam misi kemanusiaan, seperti bantuan bencana.

Diplomasi melalui Kuliner

Melalui masterplan, pemerintah dapat memanfaatkan makanan khas Minangkabau ini sebagai alat diplomasi budaya. Kedutaan Besar Indonesia di luar negeri dan komunitas diaspora dapat ikut memperkenalkan rendang ke dunia.

Sari juga menyoroti pentingnya pemasaran digital, kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), serta penguatan ulasan rendang di platform global.

Sumatra Barat sebagai Destinasi Slow Food

Rendang dapat menjadi inti dari konsep Destination of Origin Slow Food Tourism di Sumatra Barat. Untuk mewujudkannya, Sari menyarankan kolaborasi lintas sektor, termasuk:

  • Pengembangan bahan mentah lokal
  • Dukungan komunitas dan riset
  • Edukasi masyarakat tentang kuliner Minangkabau
  • Promosi kreatif dan acara rutin yang menarik wisatawan.

Masterplan yang matang diyakini dapat menjadikan Sumatra Barat sebagai destinasi kuliner global sekaligus menjaga autentisitas rendang agar tidak diklaim oleh pihak lain.

gjt | bkb