Lupa dalam perspektif Islam, Gambar oleh Tumisu dari Pixabay

Lupa dalam Perspektif Islam

Lupa merupakan permasalahan yang sering menimpa manusia. Lupa mampu menghalangi manusia dalam mencapai tujuannya dan dengan lupa manusia akan banyak menemui masalah di dalam kehidupannya. Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Kata lupa banyak di sebutkan dalam hadist-hadist Rasulullah SAW, terutama dalam rangka menunjukan bahwa sifat lupa sudah menjadi bagian dari tabiat dasar manusia.

Lupa dalam Al-Qur’an memiliki banyak makna, di antaranya yaitu lupa atas suatu kejadian, nama seseorang, ataupun sesuatu informasi yang pernah diketahui adalah lupa yang banyak dihadapi manusia karena banyaknya yang masuk pada akal dan pikirannya. Atau sering juga disebut dengan adanya penumpukan informasi.

Selanjutnya lupa yang tersembunyi, maksudnya adalah sebagai suatu kelengahan atau kelalaian yang dilakukan, seperti lupa dalam meletakkan sesuatu, yang terdapat dalam Q.s Al-Kahf/18:63.

Dan kemudian lupa yang bermakna hilangnya konsentrasi akan suatu permasalahan, maksudnya lupa disini adalah meninggalkan ketaatan kepada Allah karena hilangnya konsentrasi dalam menjalani segala perintah dari-Nya.

Lupa dan Setan

Lupa sering dihubungkan dengan setan, banyak ayat yang dapat menjelaskan bahwa ketika manusia sudah mulai lupa, setan mendapatkan jalan untuk mempengaruhinya. Kemudian sering membuat manusia melalaikan kegiatan yang penting baginya, terutama juga membuat manusia lalai dalam mengingat Allah SWT.

Di dalam Al-Qur’an juga disebutkan dalam Q.s Al-Mujadilah/58: 19 yang artinya “Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan syetan. Ketahuilah, bahwa golongan syetan itulah golongan yang rugi”.

Jadi, dapat kita ketahui bahwa ketika setan telah menguasai manusia, ia mampu membuat manusia itu lalai dalam mengingat Allah. Sehingga orang yang seperti ini termasuk ke dalam golongan setan, yaitu golongan yang rugi.

Di dalam Al-qur’an juga disebutkan bahwa orang-orang yang lupa dalam mengingat Allah dapat mengantarkannya kepada sifat munafik lagi fasik (Q.s At-Taubah/9: 67) serta dapat mengakibatkan kebinasan (Q.s Al-Furqan/25: 18).

Lima Faktor

Lupa sering disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya; pertama, kurangnya keimanan, sebagaimana yang kita ketahui, shalat fardhu dan shalat sunnat akan memberikan dampak yang baik bagi kesehatan fisik dan mental, dan salah satunya adalah meningkatkan kinerja otak.

Kedua, kurang istirahat. Tidur yang kurang akan menyebabkan seseorang mudah lupa, begitu pula dengan orang yang sering begadang.

Ketiga, depresi. Jiwa yang tenang dalam Islam sangat diperlukan untuk pengoptimalan diri saat bekerja. Namun, jika kita berada dalam tekanan maka akan membuat seseorang menjadi mudah lupa. Depresi dapat menyebabkan penurunan daya ingat dan fungsi kognitif dari otak.

Keempat, kurang bersyukur. Sifat kurang bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan juga dapat membuat seseorang mudah lupa.

Kelima, kurang dzikir. Banyak keutamaan dalam berzikir salah satunya dapat menjadikan ingatan lebih kuat dari sebelumnya, karena adanya pengulangan yang secara rutin dilakukan.

Dan masih banyak faktor yang dapat membuat seseorang itu mudah mengalami lupa. Manusia itu adalah makhluk yang sering lupa dan lalai, maka Rasulullah SAW memerintahkan kepada umatnya agar senantiasa membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya, agar ia tidak terpisah dari golongan orang yang membawa dan membaca Al-Qur’an.

Mengatasi Lupa

Untuk mengatasi lupa yang disebabkan oleh kelalaian yang timbul akibat lalainya hati kepada Allah, hanya dapat dilakukan dengan cara mengingat Allah (Dzikrullah) secara terus-menerus dan konsisten. Ingat kepada karunia serta nikmat yang telah ia berikan, ingat kepada tanda-tanda kekuasannya serta ingat kepada hari pembalasan.

Terdapat dalam Q.s Al-Kahf/18: 24 yang artinya “Kecuali (dengan mengatakan), “Insya Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini”.

Mengingat Allah SWT bisa menjadi penawar penyakit lupa dan hati yang lalai. Allah SWT memerintahkan kita agar senantiasa mengingatnya siang dan malam, pagi dan petang melalui berdzikir. Terdapat juga dalam Q.s Al-Ahzab/33: 41-42, dalam surat ini Allah sudah memerintahkan bagi orang-orang yang beriman, agar selalu ingat kepada-Nya, mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya. Serta Allah menyuruh kita untuk bertasbih pada waktu pagi dan petang.

Lupa dalam Islam

Jadi, dalam perspektif Islam untuk mengatasi lupa maka bisa dilakukan dengan cara selalu membaca dan mempelajari Al-Qur’an, selalu mengingat Allah secara terus menerus dan sebanyak-banyaknya, sehingga kebiasaan itu dapat tertanam kuat di dalam hati kita. Di mana pun kita berada, baik itu di pagi dan petang hari, ingatlah Allah selalu, dengan mengingatnya kita tidak akan pernah lalai dari-Nya.

Dan cara lain dalam Islam dalam mengatasi lupa terutama dalam hal belajar adalah dengan cara menjaga ilmu tersebut dan mencatatnya, serta mampu mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari.**

Penulis, Cici Afrianti, mahasiswa semester 3, Psikologi Islam, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang.
Gambar oleh Tumisu dari Pixabay