Rupiah melemah vs USD Gambar oleh Foto-RaBe dari Pixabay

Rupiah Melemah Lebih Dari Rp16.000 per Dolar AS

Rupiah Terpuruk di Hadapan Dolar AS
Penurunan Nilai Tukar Rupiah pada 17 Desember 2024

bakaba.co, Jakarta, – Pada penutupan perdagangan Selasa, 17 Desember 2024, nilai tukar rupiah kembali tertekan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Data dari Refinitiv menunjukkan bahwa rupiah melemah sebesar 0,41% dan berada di posisi Rp16.060 per dolar AS. Hal ini terjadi menjelang rilis hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang dijadwalkan pada 18 Desember 2024, serta penantian pasar terhadap kebijakan moneter dari The Federal Reserve (The Fed).

Penyebab Pelemahan Rupiah

Selama hari perdagangan, rupiah mengalami fluktuasi signifikan, bahkan sempat menyentuh level Rp16.000/US$, dengan titik terkuat berada di Rp16.068/US$. Pelemahan ini tercatat sebagai yang terdalam sejak 6 Agustus 2024, ketika nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp16.160 per dolar AS. Salah satu faktor utama yang menekan rupiah adalah penguatan Indeks Dolar AS (DXY), yang naik sebesar 0,04% menjadi 106,896 pada pukul 15.00 WIB.

Penantian Kebijakan Suku Bunga dari The Fed dan BI

Selain penguatan dolar AS, pasar juga tengah menunggu kebijakan suku bunga dari The Fed yang direncanakan pada 19 Desember 2024, dan Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada 18 Desember 2024. The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, yang akan menjadi pemotongan ketiga secara berturut-turut sejak September 2024. Penurunan ini diprediksi akan membawa suku bunga dana federal ke kisaran 4,25% hingga 4,50%.

Baca juga: KPK Geledah Bank Indonesia Terkait Dugaan Korupsi CSR

Di sisi lain, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa meskipun rupiah tertekan oleh penguatan dolar AS, pelemahan mata uang Indonesia masih lebih terkendali dibandingkan negara lainnya. Perry menjelaskan bahwa penguatan dolar AS dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS dan meningkatnya defisit fiskal AS yang mencapai 7,7%. Akibatnya, pemerintah AS harus menerbitkan lebih banyak surat utang, yang menarik arus modal global kembali ke AS (capital reversal).

Pengaruh Suku Bunga dan Defisit Fiskal AS terhadap Dolar

Menurut Perry, penguatan dolar AS sangat dipengaruhi oleh tingginya suku bunga di AS, yang kini telah mencapai level 107 terhadap mata uang negara-negara maju. Sebelum pemilihan Trump, dolar AS hanya berada di level 101. Defisit fiskal AS yang semakin melebar menjadi faktor tambahan yang memperburuk situasi, terutama dengan tingginya suku bunga yang membuat dolar AS semakin kuat.

Pengaruh Musiman terhadap Rupiah

David Sumual, Chief Economist BCA, menambahkan bahwa pelemahan rupiah di atas level Rp16.000/US$ disebabkan juga oleh faktor musiman. Menjelang akhir tahun, volume transaksi pasar finansial cenderung menurun, yang turut berkontribusi pada tekanan terhadap rupiah. Meskipun demikian, pasar tetap mengharapkan bahwa kebijakan yang akan diumumkan oleh The Fed dan BI dalam waktu dekat akan memberikan kepastian bagi pergerakan mata uang Indonesia ke depannya.

rst | bkb
Gambar oleh Foto-RaBe dari Pixabay