Apalagi? SMS sering digunakan untuk penipuan. Tiba-tiba kirim rekening. Minta dikirimin uang. Nah. Ada yang hobi mengupload nomor-nomor aneh itu ke media sosial. Lalu ditertawakan karena tak ada angin tak ada hujan mendapat city car.
Literasi Media
Pilkada di Media Sosial
Bukan cerita baru, ada yang kawin-mawin, kawin-cerai, tak bertegur sapa, hingga sampai pula ke meja pengadilan. Media sosial hanyalah wahana
Jabatan Publik Harus Siap Dikritik
Sayangnya tidak banyak pemimpin yang siap diawasi dan diingatkan, malah sebaliknya memusuhi, membenci, menekan dan menyingkirkan orang-orang yang sering mengawasi dan mengingatkannya.
Menebar Kebencian Memaksa Kebenaran
Inilah fenomena dunia netizen kita. Semakin hari, seperti ingin runtuh saja negara ini dibuatnya. Padahal, kenyataannya baik-baik saja.
Anonim, ‘Manyuruak’ di Ilalang Sahalai
Jalan lain? teknologi bisa menjawabnya. Bukan hanya bisa melacak keberadaan nomor tetapi juga IMEI smartphone. Khusus WhatsApp, amat mudah dilacak siapa yang melakukan kegiatan “share pertama.”
Terperangkap dalam Lukah Kepentingan
Bila sudah masuk lukah ini, sulit keluar dan bebas. Sementara, saya ingin bebas. Bebas seperti elang. Bebas berpendapat, sekalipun itu tak perlu didengar banyak orang.
Revitalisasi Kinerja Awak Media
Wiztian Yoetri menulis di Teras Utama Harian Pagi Padang Ekspres, bertajuk “Mimpi Membangun Pers Berkualitas,” sedangkan Khairul Jasmi secara santai tampil di kanal youtube berjudul “4 Dosa Pers Indonesia.”
Anomali Kebenaran Dunia Maya
Self-censorship bisa dimulai dengan cara curiga, tidak mudah percaya, kritis, terhadap logika-fakta yang dibangun dalam setiap pesan, berita, propaganda yang diunggah di media sosial.