BANYAK beredar berita bahwa dokter dan tenaga kesehatan diuntungkan oleh wabah Covid-19 ini. Benarkah? Mari kita lihat.
Sesungguhnya justru yang paling banyak terdampak Covid-19 ini selain masyarakat adalah dokter dan tenaga kesehatan. Berbeda dengan masyarakat yang bisa menghindar dari Penderita Covid-19. Dokter dan petugas kesehatan justru harus menghadapi dan merawatnya serta terpapar dan kontak dekat dengan pasien.
Akibat dari hal di atas, banyak dokter dan tenaga kesehatan yang sakit bahkan meninggal. Berbeda dengan cerita penderita non-kesehatan yang tertular akibat pulang dari luar negeri, tenaga medis justru tertular dari pasien yang mereka usahakan untuk sembuh.
Selama merawat pasien Covid-19, dokter dan petugas kesehatan tidak tahu menahu masalah uang. Malahan banyak tenaga kesehatan itu yang justru tenaga sukarela yang dibayar sangat rendah, tenaga honor yang dibayar rendah dan peserta didik yang justru bukan dibayar tetapi membayar, sementara mereka melakukan pelayanan penuh pada pasien. Jika mereka mereka ini meninggal, tidak ada jaminan, pensiun dan asuransi bagi keluarga yang ditinggalkan. Menyedihkan sekali.
Masyarakat harus bisa dan mampu membedakan antara fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan. Dokter dan tenaga kesehatan justru sebagai pekerja yang bekerja di rumah sakit dan fasilitas kesehatan. Mereka melayani pasien sesuai dengan Panduan Praktek Klinik yang ditetapkan sesuai dengan Pedoman Praktek Klinik yang ditetapkan organisasi profesi.
Baca juga: Masalah Covid-19: Penyakit atau Penyebaran?
Rumah Sakit memang hidup dan dibiayai dari pasien yang dilayaninya. Dokter dan Tenaga Kesehatan dibayar dari pendapatan yang diperoleh oleh RS dari melayani pasien.
Dokter dan Tenaga Kesehatan sama sekali tidak tahu mengenai pembiayaan kesehatan di RS. Mengenai hal itu semuanya diatur dan diurus oleh manajemen Rumah Sakit.
Kita perlu menjelaskan hal ini, agar masyarakat paham bahwa tidak ada dokter dan tenaga kesehatan yang diuntungkan oleh wabah Covid-19 ini. Jika boleh memilih maka banyak di antara tenaga kesehatan yang tidak ingin melayani pasien Covid-19 bahkan pasien non Covid-19 sekalipun. Karena pada saat seperti sekarang mustahil menentukan seseorang adalah penderita Covid-19, karena sebagian besar penderita justru terlihat sehat.
Jika pun dokter dan petugas kesehatan menerima jasa atas pelayanan yang mereka lakukan, maka itu adalah konsekuensi yang wajar atas pekerjaan yang mereka lakukan. Malahan mungkin tidak seimbang dengan risiko kematian yang mereka hadapi. Sampai saat ini belum ada berita bahwa dokter dan petugas kesehatan yang meninggal akibat Covid-19 menerima santunan dan asuransi seperti yang ada di pikiran banyak orang.
Sebagai contoh waktu sebuah BUMN besar berfoto bersama dengan petinggi organisasi profesi dan mengesankan bahwa setiap dokter yang sakit dan meninggal akan menerima santunan. Berita yang seperti ini justru memojokkan tenaga kesehatan.
Sama seperti saat ini, berita bahwa dokter dan tenaga kesehatan menerima dan mendiagnosis pasien non Covid-19 sebagai pasien Covid-19 agar menerima keuntungan perlu diklarifikasi bahwa:
Pertama, tidak ada untungnya bagi petugas kesehatan jika mendiagnosis seseorang sebagai Covid -19.
Kedua, mendiagnosis seseorang harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh Kemenkes. Seorang dokter tidak bisa menetapkan aturan di luar dari yang ditetapkan Kemenkes.
Ketiga, pembayaran dan pembiayaan pasien Covid-19 itu diterima oleh Rumah Sakit bukan oleh dokter.
Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa justru saat ini, risiko kesakitan dan kematian tenaga kesehatan itu sangat tidak seimbang dengan imbalan yang mereka terima. Berita berita tentang imbalan yang diterima tenaga kesehatan saat ini lebih banyak narasi ketimbang realita.
Berbeda dengan narasi keuntungan bagi Nakes yang merupakan berita kosong, sebaliknya kesakitan dan kematian tenaga kesehatan justru berita nyata dan bertambah setiap hari.
Jakarta, 8 Juni 2020
Penulis, Dokter Spesialis-Subspesialis
Dosen Fakultas Kedokteran
Founder Komunitas Kesehatan Nasional