Ragam

Hidupkan Tradisi Penulisan Drama

bakaba.co | Padang | Kurang munculnya naskah drama memang tidak hanya persoalan Sumatera Barat saja, tapi juga di Indonesia. Dan itu terjadi sejak dulu.

“Karakter naskah drama yang unik, diniatkan untuk pementasan, menjadi ‘penghalang’ tak tampak. Akibatnya, tidak seperti puisi atau cerpen, yang hanya diniatkan untuk dibaca, bisa diproduksi lebih banyak,” komentar Rizal Tanjung, Sutradara Old Track Theatre kemarin, 28 Agustus 2020.

Menurut Rizal, Sumatera Barat mencapai masa emas ketika BHR Tanjung, Wisran hadi, A. Alin De, Hardian Radjab dan hampir seluruh sutradara yang ada zaman 70-80-an menulis naskah drama untuk pertunjukannya sendiri.

“Sutradara sekarang kebanyakan hanya mau mengambil naskah yang sudah terbit atau sudah pernah dipentaskan. Tradisi penulisan perlahan redup dengan kepergian para penulis itu. Akibatnya, naskah drama, dalam konteks karya sastra, tidak lagi merepresentasikan kekinian,” tambah Rizal.

Problem lain kata Rizal, tidak banyak grup teater yang muncul masa kini. Satu-per satu, komunitas berguguran. Mereka tidak tahan dengan pancaroba kesenian, tambah penulis naskah drama ini.

Baca juga: Lomba Penulisan Sastra Minangkabau

Untuk mengisi kekosongan penulis itu, Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat mengadakan Lomba Penulisan Drama.

Syuhendri, Ketua Pelaksana lomba mengatakan, tak banyak penulis yang berminat menekuni bidang penulisan naskah drama. Event lomba naskah drama adalah bentuk apresiasi dan menciptakan ruang bagi para penulis naskah drama di Sumatra Barat, yang tak lagi lahir setelah kepergian Alm. Wisran Hadi. “Kalaupun ada satu dua penulis yang mencoba menekuni bidang ini, belum ada yang menyamai almarhum,” ujar Suhendri.

Dalam hal ini, Edi Suisno, salah seorang juri beranggapan, tradisi teater, selalu dibaca atau hanya sebagai tradisi berakting dan menyutradarai. Padahal dalam kancah kreatifnya tradisi menulis lakon menjadi kreativitas yang justru menjadi penanda penting ‘peristiwa teater’. Arifin C. Noer, Wisran Hadi, Nano Riantiarno, tak pelak adalah sutradara-sutradara besar, tapi jiwanya, gagasannya, estetikanya, sebenarnya menjadi memorabilia dan tetap abadi sepanjang zaman justru karena lakon-lakon yang ditulisnya.

“Jadi, menulis lakon adalah mengabadikan peristiwa, mengabadikan interest manusia, merekam percakapan hati dan pikiran. Bukan hanya untuk melanjutkan kerja teater tetapi juga melanjutkan dialog yang tak kenal putus diantara kita tentang segala kegelisahan, cinta, obsesi kecamuk, dan harapan,” kata Edi saat dihubungi lewat media WA.

Karya peserta lomba penulisan naskah drama yang diselenggarakan Taman Budaya Sumatera Barat, ditunggu panitia sampai 18 September 2020.

rel/bakaba
Gambar oleh Tan Cundrawan dari Pixabay

redaksi bakaba

Share
Published by
redaksi bakaba

Recent Posts

KPK Tetapkan 5 Tersangka Korupsi LPEI Rp900 Miliar

KPK menyebut direksi LPEI menerima “uang zakat” sebesar 2,5% hingga 5% dari total kredit yang…

7 bulan ago

Erick Thohir Bahas Korupsi Pertamina dengan Jaksa Agung

“Kami hormati proses hukum, seperti dulu kami bersama Kejaksaan selamatkan Garuda agar tetap terbang,” ujar…

8 bulan ago

DKPP Pecat Empat Komisioner KPU Banjarbaru, Kalsel Ambil Alih PSU

“Kewenangan ini ada di tangan KPU RI. Untuk sementara, kami ambil alih sesuai PKPU Nomor…

8 bulan ago

Pertemuan Trump-Zelensky Berubah Tegang, Picu Kemarahan Trump

Senator AS Lindsey Graham, yang menyebut pertemuan itu sebagai “bencana mutlak dan total.”

8 bulan ago

Deddy Sitorus Tuntut KPU Daerah Dipecat Gegara PSU

"Kalau kita punya budaya malu, kita semua harus mundur," tegasnya.

8 bulan ago

Kejati Jakarta Ungkap Penyelewengan Rp 11,5 Miliar oleh Jaksa AZ

"Penyidik juga sedang menelusuri kemungkinan keterlibatan oknum jaksa lain yang menerima aliran dana dari AZ,"…

8 bulan ago