bakaba.co | Padang | Rapat Dewan Juri Lomba penulisan Sastra Minangkabau dengan konten Kaba memutuskan keterdendangan sebagai nilai tertinggi dalam penilaian nanti.
“Keterdendangan yang dimaksud adalah bagaimana si penulis menggabungkan semua kekuatan prosa liris yang tersedia dalam khazanah sastra lisan Minangkabau,” ujar Gus tf, salah seorang juri, pada rapat yang berlangsung lewat wadah digital zoom, beberapa waktu lalu.
Kekuatan itu bisa tercipta lewat pantun, petatah-petitih, gurindam dan lain-lain, yang sudah tersedia sejak dulu. “Ini memang akan jadi tantangan tersendiri bagi calon peserta lomba nantinya, ujar sastrawan peraih Sea Write Award 2004 dari Kerajaan Thailand itu.
Keterdendangan ini sekaligus akan jadi pembeda bagi lomba lainnya semisal, cipta puisi, cerpen, novel, yang menjadikan keterbacaaan sebagai titik fokus utama.
Namun, tentu saja, tokoh, alur dan plot tetap akan menjadi penilaian. “Kami juga menilai keterkaitan dan keseluruhan dari naskah peserta nantinya,” kata Dr. Sheiful Yazan, Dosen UIN Imam Bonjol yang juga didapuk menjadi juri.
Baca juga: Membincang Sinama karya Iyut Fitra
Pertemuan itu juga dihadiri Kepala Bidang Warisan Budaya dan Bahasa Minangkabau, Aprimas S.Pd, M.Pd dan Drs. Defrizal, Kepala Seksi Pembinaan Bahasa Minangkabau Dinas Kebudayaan. Secara terpisah, Aprimas mengingatkan, lomba ini baru pertama jadi program di Dinas Kebudayaan.
“Mungkin juga pertama dalam kegiatan yang pernah ada,” tambahnya saat dihubungi lewat telepon.
Lebih jauh, munculnya lomba ini terkait dengan hasil Indeks Pembangunan Kebudayaan Daerah (IPK). Sumatera Barat berada pada posisi 15 dari 34 propinsi dengan nilai 53,23. Ini masih berada di bawah rata-rata nasional; 53,74.
“Salah satu dimensi munculnya angka itu adalah bahasa daerah,” terang Kepala Dinas Kebudayaan, Dra. Gemala Ranti M.Si, “Walau dalam wilayah kerja masih berarsiran dengan Dinas Pendidikan, Dinas Kebudayaan ingin mendorong sosialisasi bahasa daerah lewat lomba ini.”
Sementara, Defrizal menginformasikan jumlah naskah yang telah masuk ke panitia sudah 15 buah. “Sudah lumayan untuk lomba yang digelar perdana,”. Namun, ia tetap berharap, naskah terus bertambah agar bisa menjadi program tetap di Dinas Kebudayaan nanti.
Defrizal juga menyebutkan, sosialisasi sudah dilakukan ke berbagai pihak. Termasuk perguruan tinggi dan di kabupaten/kota yang ada di Sumatera Barat. Lomba ditutup pada 4 September mendatang.
~ rel/bakaba
~ Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay