Pertemuan Trump dan Zelensky di Oval Office berubah menjadi adu mulut
Washington, D.C. bakaba.co – Ketegangan meletup dalam pertemuan yang sangat dinanti di Oval Office antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada 28 Februari 2025, ketika pembicaraan diplomatik berubah menjadi adu mulut di depan publik. Apa yang dimulai sebagai diskusi rutin tentang kesepakatan mineral penting dengan cepat memburuk, memicu reaksi keras dari Senator AS Lindsey Graham, yang menyebut pertemuan itu sebagai “bencana mutlak dan total.”
Pertemuan berdurasi hampir 50 menit di Gedung Putih itu menyaksikan Trump dan Wakil Presiden James David Vance berhadapan dengan Zelensky di hadapan pers—sebuah pemandangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“You’re in no position to dictate, you’re gambilng with world war III” ujar Trump
Awalnya bertujuan untuk menyelesaikan kesepakatan mineral, namun pembicaraan ambruk karena tuntutan Zelensky dan mendikte Amerika akan langkah jaminan keamanan AS untuk mendukung gencatan senjata potensial dengan Rusia. Pada akhirnya, Gedung Putih membatalkan makan siang yang direncanakan antara kedua pemimpin dan meminta Zelensky meninggalkan lokasi.
Setelah kekacauan itu, beberapa acara Zelensky yang dijadwalkan di Washington, D.C., dibatalkan, termasuk pidato di Hudson Institute dan kunjungan ke Ukraine House. Konferensi pers bersama Trump juga dibatalkan, meskipun Trump sempat mempertimbangkan untuk mengadakan konferensi pers sendiri sebelum rencana itu diurungkan.
Dalam pernyataannya, Trump menyebut pertemuan itu “sangat bermakna” namun menuduh Zelensky tidak menghormati Amerika Serikat dan Oval Office. “Dia belum siap untuk damai jika Amerika terlibat,” kata Trump, menegaskan fokusnya pada perdamaian daripada memberi Ukraina keunggulan dalam negosiasi. Sementara itu, Senator Lindsey Graham, pendukung setia Ukraina, menyatakan kekecewaannya setelah bertemu Zelensky pagi itu. Usai makan siang dengan Trump, Graham menyebut tingkah laku Zelensky sebagai “momen penentu,” mendesaknya untuk meminta maaf atau mundur demi menyelamatkan hubungan AS-Ukraina.
Saat meninggalkan Gedung Putih, Zelensky mengunggah pesan di X, berterima kasih kepada Amerika atas dukungannya dan menegaskan bahwa Ukraina mengupayakan “perdamaian yang adil dan abadi.” Pesan ini tampaknya mengarah pada nada yang lebih conciliatory, mungkin sebagai respons atas kekacauan hari itu. Desakan Kyiv akan jaminan keamanan berakar pada pengalaman masa lalu, termasuk Memorandum Budapest 1994—di mana Ukraina menyerahkan senjata nuklir demi jaminan yang kemudian gagal—dan kehilangan Krimea pada 2014, membuat negara itu waspada terhadap kesepakatan tanpa dukungan nyata.
Kesepakatan mineral yang menjadi inti perselisihan melibatkan sumber daya besar Ukraina, yang bisa menguntungkan kedua negara secara ekonomi. Namun, keengganan Trump untuk memberikan jaminan penegakan bentrok dengan kebutuhan Zelensky akan dukungan nyata AS melawan agresi Rusia. Di kalangan Republik, skeptisisme terhadap bantuan lanjutan untuk Ukraina semakin meningkat, dengan banyak pendukung Trump mempertanyakan miliaran dolar yang telah dikirim, menuding adanya korupsi dan pemborosan.
Para pengamat memperhatikan apakah ia dapat memperbaiki hubungan dengan pemerintahan Trump atau justru memperlebar jurang. Gedung Putih mengonfirmasi bahwa kesepakatan mineral belum ditandatangani, meninggalkan masa depannya dalam ketidakpastian.
gry | bkb
KPK menyebut direksi LPEI menerima “uang zakat” sebesar 2,5% hingga 5% dari total kredit yang…
“Kami hormati proses hukum, seperti dulu kami bersama Kejaksaan selamatkan Garuda agar tetap terbang,” ujar…
“Kewenangan ini ada di tangan KPU RI. Untuk sementara, kami ambil alih sesuai PKPU Nomor…
"Kalau kita punya budaya malu, kita semua harus mundur," tegasnya.
"Penyidik juga sedang menelusuri kemungkinan keterlibatan oknum jaksa lain yang menerima aliran dana dari AZ,"…
Bagi kepala daerah PDIP yang belum berangkat, Megawati menginstruksikan mereka kembali ke daerah masing-masing untuk…