Penyebab BPJS Kesehatan Rugi

redaksi bakaba

BPJS Kesehatan sesungguhnya tidak seperti itu. BPJS Kesehatan tidak betul-betul rugi. Tetapi ada luka yang terus menerus berdarah yang berada di dalam badan tersebut. Mari kita lihat.

Capture Halaman Web BPJS Kesehatan
Capture Halaman Web BPJS Kesehatan
dr. Patrianef Darwis, Sp.B-(K)V
dr. Patrianef Darwis, Sp.B-(K)V

MELIHAT BPJS Kesehatan secara keseluruhan maka kita melihat sebuah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang merugi terus menerus. Tetapi masih dipertahankan tanpa upaya merestrukturisasi lembaga ini.

BPJS Kesehatan sesungguhnya tidak seperti itu. BPJS Kesehatan tidak betul-betul rugi. Tetapi ada luka yang terus menerus berdarah yang berada di dalam badan tersebut. Mari kita lihat.

Segmennya BPJS Kesehatan itu ada lima:

Pertama, Penerima Bantuan Iuran (PBI);
Segmen ini jumlah kepesertaan terbesar. Iurannya dibayarkan pemerintah melalui APBN dan APBD. Pada tahun 2019 jumlah premi per orang per bulan yang dibayarkan oleh pemerintah adalah Rp. 25.500,-

Kedua, Pekerja Penerima Upah Penyelenggara Negara (PPU-P);
Segmen ini adalah penerima upah yang gajinya dibayarkan dari APBN atau APBD.

Premi per orang per bulan adalah sebanyak 5 persen dari gaji dengan batas atas selama ini Rp. 8 juta. Dalam Perpres Nomor 64 tahun 2020 naik batas atasnya menjadi Rp. 12 juta.

Ketiga, Pekerja Penerima Upah Badan Usaha (PPU-BU);
Ini adalah segmen peserta yang gajinya berasal dari badan usaha bukan milik negara (non-BUMN) atau pekerja perusahaan swasta.

Keempat, Pekerja Bukan Penerima Upah;
Segmen ini didominasi pekerja sektor informal dan keluarganya.

Selama berdasarkan Perpres Nomor 82 Tahun 2018, segmen ini membayar kelas 1 Rp. 80.000, kelas 2 Rp. 51.000 dan Rp. 25.500 untuk kelas 3. Terakhir, berdasarkan Perpres Nomor 64 Tahun 2020 naik menjadi; kelas 1 Rp. 150.000 kelas 2 Rp. 100.000 dan kelas 3 Rp. 42.000 per bulan.

Kelima, Bukan Pekerja(BP);
Segmen ini adalah di luar segmen yang empat di atas dan masih terbagi 2 yaitu BP Penyelenggara Negara seperti pensiunan dan BP Bukan Penyelenggara Negara.

Dari lima segmen di atas, segmen PBI sampai tahun 2018 masih pas-pasan. Dari beberapa hitungan sedikit rugi, tetapi dari hitungan lain memberikan kontribusi berlebih.

Sementara segmen PPU-P, sampai tahun 2018 tidak merugi. Segmen ini yang sangat besar surplusnya. Artinya segmen ini selama ini paling besar berkontribusi untuk kelangsungan hidup BPJS Kesehatan selain PBI.

Segmen PBPU adalah segmen yang banyak merugi. Untuk tahun 2018 kerugiannya adalah:

Kelas 1 merugi Rp. 59.367 per orang per bulan. Jika dikali pertahun maka kerugiannya sekitar Rp. 720.000 per peserta per tahun.

Kelas 2 merugi Rp. 41.051. Jika dihitung per orang per tahun maka satu peserta merugi sebanyak Rp. 492.000,-

Kelas 3 merugi Rp. 41.200 artinya per orang merugi sekitar Rp. 492.000 dalam setahun.

Sebagai tambahan informasi selama tahun 2019: PBI surplus Rp. 11,1 triliun,  PPU-P surplus Rp. 1,3 triliun, PPU-BU surplus Rp. 12,1 triliun. Sementara PBPU defisit Rp. 20,9 triliun, dan BP defisit Rp. 6,5 triliun.

Kenapa PBPU merugi begitu besar? Masyarakatnya sama, pola penyakitnya sama. Ada apa?

Ada sedikit penjelasan karena segmen PBPU dan segmen BP ini malas membayar iuran dan hanya ikut ketika sakit (adverse selection). Sebenarnya, sesudah dihitung, jika semua segmen ini membayar penuh dan tertib, tetap saja segmen ini rugi besar.

Sumber Pendarahan

Segmen yang merugi di atas adalah sumber perdarahan yang harus dibenahi jika ingin BPJS Kesehatan tetap ada di negara ini. Sebesar apapun transfusi (talangan pemerintah) tidak akan menyelesaikan masalah selama luka ini masih berdarah dan mengalir terus.

Segmen ini harus dibenahi lebih dahulu. Masalah kerugian pada segmen ini tidak bisa hanya dijelaskan dengan ketidakpatuhan peserta atau hanya ikut jika sakit.

Kesimpulannya, jika tubuh sakit yang perlu diperbaiki adalah badan yang sakit tersebut. Mata sakit, mata diobati. Telinga sakit, telinga diobati dan ini yang tidak pernah ada keterbukaan selama ini.**

Jakarta, 16 Mei 2020

Penulis, Pemerhati BPJS Kesehatan, Dokter Spesialis – Sub-spesialis Bedah Vaskular di RS Cipto Mangunkusumo – Jakarta
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Next Post

Bangkitlah Indonesia Sekarang Juga, Jangan Tunggu Vaksin

Ayo, kita bangkit sekarang juga bangsa Indonesia, gerakkan warga dengan cara yg sehat dan aman, untuk gerakan pembangunan ekonomi rakyat yang mandiri. Kita harus hidup yang lebih baik lagi.
Dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) - Wikimedia Commons

bakaba terkait