Pemerintah Jepang - Ilustrasi Gambar oleh cplz99atcsnilyk dari Pixabay
Jakarta, Bakaba.co – Pemerintah Jepang di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Shigeru Ishiba dijadwalkan menyetujui paket stimulus ekonomi senilai US$140 miliar atau sekitar Rp2.226 triliun. Langkah ini diambil untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan mendukung pemulihan ekonomi Jepang pasca-penurunan mayoritas suara di parlemen.
Koalisi Ishiba mengalami kekalahan besar dalam pemilu pada 27 Oktober 2024, menandai performa terburuk Partai Demokrat Liberal (LDP) dalam 15 tahun terakhir. Isu korupsi dan inflasi disebut sebagai penyebab utama menurunnya kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshimasa Hayashi, mengungkapkan bahwa paket stimulus ini akan memberikan dampak ekonomi sebesar 39 triliun yen atau sekitar Rp3.978 triliun. Tambahan belanja anggaran dalam paket ini mencapai 13,9 triliun yen atau sekitar Rp1.417 triliun.
“Kami berupaya keluar dari ekonomi berbiaya rendah menuju penciptaan nilai tambah yang tinggi,” ujar Hayashi dalam pernyataannya kepada media.
Paket stimulus ekonomi yang diajukan mencakup beberapa langkah penting:
Selain itu, pemerintah berencana menginvestasikan 10 triliun yen hingga 2030 untuk mengembalikan keunggulan teknologi Jepang yang pernah mendominasi dunia pada 1980-an.
Untuk membiayai stimulus ini, pemerintah akan mengajukan anggaran tambahan. Salah satu langkah yang diusulkan adalah penghapusan ambang batas pajak penghasilan, yang didorong oleh Partai Demokrat untuk Rakyat (DPP). Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong pekerja paruh waktu untuk meningkatkan jam kerja dan pendapatan.
Namun, kebijakan ini menuai kritik karena dikhawatirkan akan mengurangi pendapatan pajak hingga triliunan yen. Hal ini berpotensi memperburuk utang Jepang, yang kini mencapai 200% dari PDB.
Ekonom Yoshimasa Maruyama dari SMBC Nikko Securities menekankan pentingnya menemukan sumber pendapatan tetap untuk menutupi pengurangan pajak ini.
Selain utang dan isu korupsi, inflasi menjadi tantangan serius bagi Jepang. Data pemerintah menunjukkan tingkat inflasi pada September 2024 mencapai 2,3%, sementara harga beras melonjak hampir 60% akibat cuaca ekstrem dan kekurangan air.
Kondisi ini diperburuk oleh kepanikan pasca-peringatan “mega gempa” pada Agustus lalu, yang membuat masyarakat memborong kebutuhan pokok secara besar-besaran.
aky | bkb
KPK menyebut direksi LPEI menerima “uang zakat” sebesar 2,5% hingga 5% dari total kredit yang…
“Kami hormati proses hukum, seperti dulu kami bersama Kejaksaan selamatkan Garuda agar tetap terbang,” ujar…
“Kewenangan ini ada di tangan KPU RI. Untuk sementara, kami ambil alih sesuai PKPU Nomor…
Senator AS Lindsey Graham, yang menyebut pertemuan itu sebagai “bencana mutlak dan total.”
"Kalau kita punya budaya malu, kita semua harus mundur," tegasnya.
"Penyidik juga sedang menelusuri kemungkinan keterlibatan oknum jaksa lain yang menerima aliran dana dari AZ,"…