Hutan Tarik, ibu kerajaan Wilwatikta, tempatnya kerendahan, di tepi kali Brantas. Setiap kali air sungai naik, pusat kerajaan Wilwatikta tergenang air. Para pembesar kerajaan bersepakat memindahkan pusat kerajaan ke tempat yang lebih baik, lokasi ketinggian agar tidak tergenang air di musim banjir. Terpilih tempat di Desa Trowulan, di pinggir hutan. Kawasan hutan itu dibabat. Pada lokasi yang direncanakan tempat mendirikan istana, ditebang sebatang pohon Maja yang berbuah pahit. Pohon maja berbuah pahit itu yang menginspirasi munculnya nama Majapahit sebagai nama kerajaan. Kerajaan Wilwatikta diubah namanya menjadi Kerajaan Majapahit.
Sementara itu Mauliwarmadewa, Raja Dharmasraya meninggal dunia. Dia tidak ada meninggalkan seorang pun anak lelaki. Mauliwarmadewa memiliki anak perempuan; Dara Jingga dan Dara Pitok. Dara Pitok tinggal di Jawa sebagai selir Raden Wijaya, tidak mungkin kembali ke Dharmasraya.
Didukung pasukan Pamalayu, Dara Jingga dinobatkan sebagai Raja Dharmasraya. Dia didampingi suaminya Brahma Dewa dan seorang anggota kaumnya dari Bungo Setangkai Akendra Warman. Majapahit dan Dharmasraya selalu saling mengirim utusan secara terus- menerus dan berkala, saling memberikan informasi.
Baca juga: [10] Minangkabau: Wilwatikta Sebelum Majapahit
Pada tahun 1295 M Dara Pitok melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama Kalagemet, satu satunya anak lelaki Raden Wijaya. Prabu Karta Rajasa, Raden Wijaya gembira sekali mendapatkan anak lelaki. Dara Pitok dinaikkan statusnya dari selir menjadi koordinator isteri dan selir, dayang-dayang dan semua perempuan dalam istana dengan gelaran Sri Tinuh Weng Pura. Semua isteri dan selir Prabu Karta Rajasa simpati dan patuh kepada Sri Tinuh Weng Pura. Gayatri Sri Rajendra diangkat sebagai Bre wilayah Daha dan Kahuripan. Pada saat itu Dara Jingga telah hamil pula. Tidak berapa lama Dara Jingga melahirkan anak lelaki yang diberinya nama Aji Mantrolot.
Tahun 1298 M Gayatri Raja Patni melahirkan anak perempuan yang diberi nama Dyah Gitarja Tri Bhuanna Tungga Dewi. Tahun 1301 M Gayatri Raja Patni melahirkan anak kedua Dyah Wiyat Raja Dewi Maharani.
Prameswari Dyah Gayatri telah memilih hidupnya sebagai Bikhsuni dan Dara Pitok telah melahirkan seorang anak lelaki. Dengan persetujuan Dyah Gayatri, jabatan Prameswari dialihkan kepada Dara Pitok.
Untuk teman anaknya bermain dan mendidik, Raden Wijaya dan Dara Pitok meminta Aji Matrolot dididik di Majapahit agar tumbuh sebagai seorang Bhairawa dan kesatria yang tangguh, setia kepada ajaran Tantrayana Syiwa yang dianut Karta Negara. Dan tangguh untuk mengalahkan semua musuh.
Pada umur 8 tahun Aji Mantrolot dibawa ke keraton Majapahit. Aji Mantrolot membawa beberapa orang teman seusia, di antaranya Gajah Mada. Aji Mantrolot digelari Tuan Waruyu yang artinya tuan bungsu dan tuan sulungnya ialah Kalagemet.
Aji Mantrolot itu nama kecil Adityawarman. Kalagemet, itu nama kecil Jaya Negara. Dengan demikian, hubungan Adityawarman dengan Majapahit ialah Dara Jingga ibu Adityawarman, kakak dari Prameswari Dara Pitok, ibu Prabu Jaya Negara raja Majapahit kedua. Sri Wismarupa Kumara adalah ayah Adityawarman dan paman dari Dyah Gitarya Biksuni Raja Patni permaisuri Raden Wijaya. Bikhsuni Raja Patni adalah raja ketiga Majapahit. Adityawarman adalah adik sepupu Dyah Gayatri, raja Majapahit ketiga.
~Penulis: Asbir Dt. Rajo Mangkuto
~Editor: Asraferi Sabri
~Gambar oleh David Mark dari Pixabay