Batik Khas Minang Kabau, foto dok. Penulis
Batik Khas Minangkabau – Kesenian hiasan corak batik merupakan salah satu kesenian khas Indonesia yang eksis sejak beberapa abad tahun silam, ia terus mengalami perkembangan sehingga menjadi salah satu bukti peninggalan sejarah dalam kebudayaan bangsa Indonesia.
Pada hakikatnya, seni hias batik memiliki kesamaan dengan seni lukis di atas sehelai kain putih. Sebagai alat melukis dipakai canting dan sebagai bahan melukis dipakai cairan malam.
Wilayah Minangkabau kontemporer atau Sumatera Barat, sejak lama dikenali sebagai salah satu daerah penghasil karya seni kerajinan tangan yang beragam, mulai dari ukiran, gerabah, sulaman, tenun, bordiran dan lain sebagainya.
Melalui kerajinan tangan ini, ragam hias Minangkabau diperkenalkan kepada khalayak luas melalui berbagai kreasi produk kriya yang senantiasa ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti corak-corak yang terdapat pada bangunan, pakaian, dan alat-alat rumah tangga.
Batik sebagai sebuah karya seni merupakan karya yang berkembang secara universal dengan karakteristik keunikannya tersendiri. Kekhasan batik dipandang sebagai salah satu budaya asli daerah tempat ia tumbuh.
Sebagai salah satu seni tradisional, batik menyimpan konsep artistik yang dibuat tidak hanya untuk keindahan tetapi juga berfungsi sebagai pilihan busana sehari-hari, untuk keperluan upacara adat, tradisi, kepercayaan, agama dan status sosial. Tentunya, termasuk pembicaraan terkait batik khas Minangkabau kontemporer (Sumatera Barat)
Perkenalan aneka ragam hias Minangkabau melalui seni kerajinan batik dalam kegiatan berbagai daerah di Sumatera Barat. Salah satu penggiat kerajinan batik ini adalah Rumah Batik Minang yang berlokasi di Jorong Pakan Sabtu, Nagari Panyakalan, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok.
Sebelum adanya rumah batik Minang ini, ternyata dahulu tanah Minangkabau sudah memiliki seni batik yang dikenal dengan batik tanah liek / tanah liat. Dinamakan batik tanah liek karena pembuatan batik menggunakan pewarnaan dari alam, yaitu tanah liat (Dahlia, Akmal, & Munaf, 2018, p. 135).
Foto fitur pada artikel ini merupakan salah satu ciri khas motif yang terdapat pada seni batik Minang Nagari Panyakalan. Motif ini diilhami dari keinginan penggiat batik Minang untuk menganggat hasil kekayaan alam daerah Kabupaten Solok.
Pemilihan motif batang padi diciptakan karena Kabupaten Solok merupakan penghasil beras (bareh Solok) yang berkualitas baik di Sumatera Barat. Pemilihan motif Rumah Gadang diilhami dari adat istiadat dan kebudayaan Minangkabau yang memiliki rumah adat bagonjong yakni Rumah Gadang.
Motif markisa diilhami dari hasil perkebunan markisa milik masyarakat Kabupaten Solok tepatnya di wilayah Alahan Panjang, Air Dingin dan Danau Kembar. Daerah tersebut menghasilkan buah markisa terbaik di Sumatera Barat dan menjadi maskot Kabupaten Solok.
Hal ini dibuktikan dengan adanya gapura patung markisa di perbatasan Kota Solok dengan Kota Padang. Berdasarkan hal tersebut Rumah Batik Minang memproduksi batik dengan motif buah markisa (Dahlia, Akmal, & Munaf, 2018, p. 138).
Baca juga: Ihwal Tubo-Manubo
Eksistensi ragam hias hadir di lingkungan masyarakat memiliki peran sebagai media ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam bentuk visual, yang proses penciptaannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sekitarnya.
Hal di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nian S. Djoemena bahwa hasil lukisan atau ragam hias batik sangat erat hubungannya dengan beberapa faktor, seperti; letak geografis daerah pembuat batik, sifat dan tata penghidupan daerah yang bersangkutan, kepercayaan dan adat istiadat setempat, keadaan alam sekitarnya, termasuk flora dan fauna, serta adanya kontak atau hubungan antar daerah pembatikan.
Berbagai formulasi bentuk, makna, perwujudan dan fungsi karya seni terkait erat dengan fonomena sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama yang berkembang di masyarakat, karena mereka adalah eksponen pembentuk yang memiliki seperangkat uniform.
Kehadiran karya seni juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan alam sekitarnya, karena kecuali lingkungan alam menyediakan bahan baku bagi aktifitas hidup dan penciptaan seni, alam juga dapat menjadi sumber ide yang menyadarkan manusia atas kebesaran kuasa Tuhan, sekaligus menjadi pendorong tersalurnya kegiatan kreatif secara menyeluruh.
Karya seni di Minangkabau tersebut, tidak terlepas dari falsafah adat Minangkabau itu sendiri yakni “alam takambang jadi guru”, dengan interpretasi bahwa alam tidak hanya sebagai tempat lahir dan tempat mati, tempat hidup dan berkembang, tetapi juga memiliki makna filosofis yang diambil dari bentuk, sifat, dan kehidupan alam (Dahlia, Akmal, & Munaf, 2018, p. 135).
Berdasarkan pernyataan di atas, bisa diambil relevansinya dengan ornamentasi yang diimplementasikan pada seni kerajinan batik khas Minangkabau di Panyakalan, mengambil bentuk dari alam berupa ragam hias tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Latar belakang etnografis, luasnya hamparan sawah di Kabupaten Solok menandakan kakayaan alam yang dimiliki. Alam yang indah memunculkan bentuk ragam hias, baik bentuk tumbuhan ataupun bentuk hewan yang ada di dalamnya.
Adapun aplikasi ornamen khas minang tersebut seperti: motif kaluak paku, pucuak rabuang, limpapeh rumah gadang, aka cino saganggang, si kambang manih, ruso balari dalam rangsang, ayam mancotok dalam kandang, dan masih banyak motif Minangkabau lainnya. Selain itu kerajinan batik Minang Nagari Panyakalan memiliki ciri khas motif daerah Kabupaten Solok, seperti: motif rumah gadang, markisa dan batang padi (Dahlia, Akmal, & Munaf, 2018, p. 137).
Agus Sachari menjelaskan bahwa gaya seni akan dipengaruhi oleh zaman. Secara umum, tumbuhnya keragaman gaya pada dunia desain dan seni rupa terbentuk oleh pengaruh kebudayaan yang berkembang saat itu.
Namun aspek maknawi tetap merupakan suatu proses penyadaran, bahwa nilai-nilai estetik menjadi bagian penting dalam proses transformasi budaya (Dahlia, Akmal, & Munaf, 2018, p. 138).
Selanjutnya, Soedarso SP, menilai suatu gaya, corak atau langgam yang disejajarkan dengan istilah style adalah modus berekspresi dalam mengutarakan sesuatu bentuk. Artinya gaya, corak, atau langgam ini berurusan dengan bentuk luar sesuatu karya seni.
Bagaimanapun juga, kerajinan batik mempunyai fungsi fisik karena kegunaannya, antara wujud dan daya tarik penampilan suatu karya seni memang hal urgen juga. Selain fungsi estetik, nilai simbolik dan nilai praktik karya itu, batik memiliki fungsi sebagai produk kerajinan.
Batik berupa kreasi yang secara fisik dapat digunakan untuk kebutuhan praktis sehari-hari, selain digunakan sebagai keperluan untuk kelengkapan pakaian pada upacara adat. Batik merupakan karya seni yang berorientasi pada kebutuhan fisik (fungsional) selain keindahannya yang harus tetap diutamakan (Dahlia, Akmal, & Munaf, 2018, p. 140).
Dengan demikian, gaya seni batik dapat dilihat dari bentuk yang ditampilkan, baik berupa ragam hias yang diterapkan maupun warna yang digunakan. Batik berupa produk seni kerajinan yang kental dengan corak tradisional, memiliki karakter yang khas. Hiasan batik tradisional Minangkabau yang diterapkan tetap dipertahankan dan tidak mengalami perubahan meskipun bentuk dan fungsi mulai berkembang. Ragam hias dengan bentuk yang unik dan khas pada berbagai macam produk, tetap mengandung filosofi yang sama.
Penulis: Johan Septian Putra,
Peneliti dari Komunitas Magistra Kota Padang
Email: johan.albusyro@gmail.com
"Kami harus bertindak cepat untuk melakukan hal yang benar di dalam negeri dan kuat di…
"Demokrat mendukung pemerintahan Prabowo dengan loyalitas penuh, namun tetap kritis secara konstruktif," tegasnya.
“Kita harus menawarkan solusi dan produk yang inovatif serta kompetitif secara global,” ujarnya.
Tito Karnavian menyinggung hal ini dengan menyatakan bahwa tanggung jawab utama kepala daerah adalah kepada…
"Dengan ini saya nyatakan, apa yang menjadi tuntutan saudara-saudara semua, pemerintah akan menerima dan mempelajari…
"Sampai dengan hari ini tidak ada politisasi, tidak ada hal-hal yang berhubungan dengan itu. Kami…