bakaba.co | Bintan | Propinsi Kepulauan Riau berusia 27 tahun. Ada satu kegiatan menarik saat merayakan ulang tahun Kepri 2024 ini yakni kegiatan kesusasteraan. Perhelatan sastra itu diberi tajuk: Festival Sastra Internasional Gunung Bintan 2024, FSIGB 24. Ada 125 orang penyair, sastrawan dan budayawan dari pelbagai pelosok nusantara diundang. Juga dari dua negara serumpun; Malaysia dan Singapura.
Kegiatan sastra ini diadakan sejak 2018, di inisiasi dua tokoh masyarakat dan budaya kepulauan Riau yakni Dato Ridha K Liamsi, jurnalis senior yang malang melintang di panggung seni, dan H. Huzrin Hood, mantan Bupati ke-7 Kepulauan Riau; periode 2001-2003.
Tahun ini, FSIGB24 berlangsung dari 25 hingga 28 September 2024. Festival tak hanya menyajikan pertunjukan seni atau parade baca puisi. Juga ada peluncuran 100 buku antologi puisi, diskusi terbuka dan bincang seni. Pada tahun ini, diskusi tetap membahas tentang proses kreatif penyair dan karyanya, sebagaimana tema diskusi tahun 2023 lalu.

Sesi-sesi Acara
Diskusi diselenggarakan di gedung Lembaga Adat Melaya Seri Indera Sakti, diadakan 26 September 2024. Diskusi sesi pertama tampil pembicara Prof. Gufran A Ibrahim, Sofyan RH Zaid, Bambang Widiatmoko, Irwan Sandinya Wiraatmaja dan M. Asqalani Eneste. Diskusi sesi dua diisi pembicara Salman Yoga, Prof. Madya Haryanti AB Rahman, Willy Ana dan Hasan Aspahri.
Setelah diskusi, besoknya peserta diajak berziarah ke makam Sultan Badrul Alamsyah, seorang pendiri kota Tanjung Pinang. Lalu diteruskan kunjungan napak tilas ke kota Rebah, terletak di sisi Sungai Carang.
Selama berziarah, kami diperkenankan menziarahi kompleks pemakaman tokoh pembesar dari Kerajaan Melayu ini, Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah. Sebuah kompleks pemakaman yang apik, bersih dan terawat. Terlihat juga beberapa makam lainnya, dari zurriyat yang sama. Warna kuning cerah dan hijau di beberapa alur, khas Melayu memenuhi ruang kompleks. Sultan yang terlahir dengan nama Tengku Sulaiman merupakan anak dari Sultan Johor ke-11 yakni Sultan Jalil Riayat Syah IV.
Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, pada awal menjalankan roda pemerintah membagi kekuasaan dengan Yang Dipertuan Muda Sultan Sulaiman. Tokoh ini memerintah tahun 1722-1760, dan wafat pada usia 60 tahun di Hulu Riau. Dimakamkan di Kampung Melayu, Kota Piring, Tanjung Pinang. Riwayat tentang Kesultanan ini lebih luas dan penuh rajutan dari catatan kepahlawanan Melayu lainnya.

Kota Rebah, Dulu Metro
Setelah menziarahi makam Sultan, peserta FSIGB 24 diajak menempuh napak tilas ke Kota Tua, kota Rebah sebagai ibukota pertama dari provinsi Kepri.
Kota Rebah merupakan sebuah Kota Tua yang menjadi saksi bisu, betapa daerah ini dahulunya adalah sebuah pusat perniagaan terbesar, kota metro di kawasan Asia Tenggara.
Kawasan Kota Rebah telah ditetapkan sebagai situs Cagar Budaya oleh pemerintah setempat. Kota Rebah merupakan pusat pemerintahan Riau dan Johor pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim (1673) hingga masa pemerintahan Sultan Mahmud III ( 1784). Kawasan ini terletak tak jauh dari kota Tanjung Pinang, ibukota Kepulauan Riau. Situs seluas 10 hektare ini terawat apik. Beberapa bangku taman, papan informasi dan pengumuman, tersedia di mana-mana.
Kota Rebah berbatasan dengan Sungai Carang yang jernih dan luas. Di sini masih ditemui sisa-sisa pelabuhan, tempat kapal melepas jangkar. Terlihat juga reruntuhan tembok kota dan tapak-tapak bangunan.
Kepri, Propinsi ke-32
Provinsi Riau merupakan provinsi ke-32 termuda di tanah air. Kepri resmi ditetapkan sebagai provinsi 25 Oktober 2002 berdasarkan UU No. 25/2002, sebagai hasil pemekaran dari provinsi Riau.
Memiliki lima kabupaten yang berupa pulau yakni Kab. Bintan, Kab. Karimun, Kab. Anambas, Kab. Lingga dan Kab. Natuna. Juga ada dua kota yakni Batam dan Tanjung Pinang. Provinsi yang hampir 96 persen wilayahnya merupakan perairan laut, memiliki prospek ekonomi yang kuat dan penuh daya tarik.
Menurut H. Huzriin Hood, Provinsi Kepri merupakan pusat kekuatan dari peradaban Melayu yang perlu diperkokoh.
Karena itu, kepada semua suku Melayu yang telah berdiaspora di mana-mana, “Ingatlah, bahwa Islam merupakan pegangan bangsa Melayu. Jangan sampai mau dipercah belah lagi seperti pada masa penjajahan dahulu,” pesan Huzriin.
Dalam wilayah sastra, Ridha K Liamsi, selaku Ketua Panitia juga berpesan, sastra seharusnya menyatukan juga. Pesan itu disampaikannya Ridha saat acara pembukaan, juga waktu penutupan FSIGB 24.
Adanya karya-karya puisi yang mengkritik, mengingatkan pihak pemerintahan di setiap event FSIGB diselenggarakan, sangatlah relevan untuk masa sekarang dan akan datang.
“Betapa kita butuh puisi dan penyair yang mengingatkan tentang apa yang seharusnya dilakukan pemerintah, melalui karya-karya mereka,” kata Huzriin, yang diketahui salah satu dari inisiator dan penggangas terbentuknya Provinsi Kepulauan Riau, 22 tahun silam.
Memang, antara sastra dan politik, selalu saja terjalin benang rajut yang saling memberi dan menguatkan satu, sama lainnya. || yeka