Excavator Akhiri Keberadaan Ratusan Penyewa Lahan Stasiun

redaksi bakaba

Pelaksanaan penggusuran yang dilakukan PT KAI Divre II Sumbar atas rumah-rumah penyewa lahan terjadi Senin, 4 Desember 2017.

Penggusuran lahan stasiun bukittinggi
Penggusuran Lahan PT KAI

bakaba.co, Bukittinggi ~ Mendung di langit Bukittinggi tidak kuasa meredam emosi warga stasiun Bukittinggi ketika tempat tinggal mereka dibongkar paksa. Teriakan histeris kaum perempuan, laki-laki dan anak-anak seakan tidak berarti. Alat berat berupa ekskavator dan backhoe loader terus menghantam, merubuhkan dan mengais bangunan hingga rata dengan tanah.

Pelaksanaan penggusuran yang dilakukan PT KAI Divre II Sumbar atas rumah-rumah penyewa lahan terjadi Senin, 4 Desember 2017. Selain menyiapkan alat-alat berat, PT KAI meminta bantuan ratusan aparat keamanan. Aparat polisi tidak kurang 500 orang dikerahkan. Juga puluhan tentara dari Kodim 0304 Agam dan puluhan anggota Satpol PP Kota Bukittinggi.

“Ke mana keadilan sosial bagi rakyat,” teriak seorang pria yang rumahnya diruntuhkan di depan matanya. Pria yang memakai baju merah itu dengan penuh emosi juga meneriakkan butir-butir Pancasila. Alat berat terus bekerja, pria setengah umur itu disabar-sabarkan warga yang nasibnya sama.

Puluhan tahun

Kawasan stasiun kereta api Bukittinggi yang terletak di Jalan M. Syafei, sudah puluhan tahun tidak aktif. Ratusan KK warga masyarakat berdiam di areal stasiun dengan cara menyewa lahan ke PT KAI (sebelumnya bernama PJKA). Di atas lahan yang disewa, warga membangun rumah tinggal dan ada yang sekaligus membuka usaha atau warung. Di bagian depan, dekat ke jalan raya ada yang membuka usaha bahan bangunan dengan merk usaha UD. Dagang Penyalur, Toko Muaro Bangunan. Ada juga lembaga pendidikan: Dynasti Komputer, RM Simpang Empat dan usaha lain. Di areal itu juga berdiri sebuah mesjid. Di bagian arah ke barat, banyak petak-petak toko yang berjualan makanan seperti Martabak Kubang, Kedai Miso Sejahtera, toko kelontong yang pemiliknya dikenal dengan nama Mister, usaha fotokopi, juga kedai nasi dan lapak koran Lian.

Baca juga: Soal Tanah RSUD, Andre Rosiade: Gunakan Hak Interpelasi

 

Penggusuran Lahan PT KAI Bukittinggi foto ist.

Ketenangan para penyewa lahan, baik yang berusaha maupun yang bermukim, mulai terusik ketika beredar informasi bahwa kereta api akan kembali diaktifkan. Informasi yang awalnya semacam kabar-burung saja, menjadi nyata ketika PT KAI Divre II Sumbar, Jumat, 5 Juni 2017, mengadakan sosialisasi kepada masyarakat penyewa lahan stasiun. Inti sosialisasi berkaitan dengan rencana pengaktifan kembali (aktivasi) jalur kereta api dari Padang ke Bukittinggi dan ke Payakumbuh. Kepada para penyewa. PT KAI menyatakan bahwa sewa/kontrak tidak akan diperpanjang lagi. Dan para penyewa yang sudah habis masa kontraknya diminta meninggalkan areal stasiun.

Berbulan-bulan warga penyewa berusaha bertahan. Mereka tidak sepenuhnya percaya bahwa PT KAI akan segera membuka jalur kereta api ke Bukittinggi. Soalnya, mereka mendapat informasi bahwa kawasan stasiun Bukittinggi harus segera dikosongkan karena PT KAI berencana membangun hotel.

Aksi penolakan dilakukan warga penyewa dengan memasang banyak spanduk-spanduk di kawasan stasiun. Isi tulisan spanduk; Aktivasi Yes, Hotel No!. Aksi lebih ramai dilakukan dengan berdemo dan menyampaikan aspirasi ke DPRD Bukittinggi. Demo dilakukan Kamis, 6 Juli 2017. Ratusan penyewa lahan PT KAI menyatakan, menolak penggusuran karena lahan akan dibangun hotel, homestay. Bukan untuk mengaktifkan kembali kereta api.

Sementara PT KAI tidak bergeming. Surat Peringatan (SP) justru dikeluarkan. Berselang beberapa bulan SP dikeluarkan sampai SP-3. Warga penyewa lahan PT KAI membentuk forum yang diberi nama OPAKAI, Organisasi Penyewa Aset Kereta Api Indonesia. Melalui wadah ini warga berjuang.

Dalam upaya mencari keadilan yang dilakukan, OPAKAI sampai ke Wakil Presiden Jusuf Kalla, Wakil Ketua DPR-RI dari Partai GERINDRA Fadli Zon, Anggota DPR-RI dari PKS, Refrizal, Komnas HAM serta lembaga Ombudsman. Semua pihak yang ditemui mengeluarkan surat untuk PT KAI. Semuanya meminta PT KAI menempuh jalan musyawarah dengan para warga penyewa lahan. Musyawarah antara kedua pihak tidak kunjung terlaksana. Akhirnya, Senin, 4 Desember 2017, yang terjadi penggusuran.

Belum jelas Setelah dilakukan penggusuran dengan alat berat, pihak PT KAI memasang pagar seng di stasiun. Sementara warga penyewa yang rumahnya dirubuhkan, banyak yang belum memiliki tempat tinggal..

» asraferi sabri

Advertisement
Next Post

Pemusik Jalanan di Pentas Festival

"Kawan-kawan pengamen bisa tampil menyanyi di depan tamu-tamu hotel. Saya akan bicarakan dengan manajemen hotel yang ada di kota ini. Tapi penampilannya lebih rapi dan gaya ya," kata Erwin Umar
Pemusik jalanan di festival yang diadakan Taman Panorama Bukittinggi - bakaba.co