Denny vs Demokrat: Kegaduhan Sia-Sia

redaksi bakaba

Kepada seorang kader Demokrat saya menyampaikan saran bahwa sebaiknya Demokrat tidak menyikapi cuitan Denny secara berlebihan, apalagi sampai membawa postingan itu ke ranah hukum.

Gambar oleh Kevin Phillips dari Pixabay
Gambar oleh Kevin Phillips dari Pixabay
Boby Lukman Piliang
Sidi Boby Lukman Piliang

Menyebut atau menuliskan nama Denny Siregar tentu tidak bisa dilepaskan dari aktivitasnya sebagai pendengung (buzzer) dalam beberapa waktu belakangan yang kian marak di dunia maya. Denny sebagaimana kita ketahui adalah seorang aktivis media sosial yang dicap sebagai pendengung yang mendukung setiap kebijakan Presiden Joko Widodo.

Sepekan terakhir, Denny kembali meramaikan linimasa dunia maya dengan cuitannya yang kali ini menyinggung nama putra Presiden RI keenam Mayor (Purn) Agus Harimurti Yudhoyono atau yang biasa dipanggil AHY.

Melalui akun Twitter miliknya, @Dennysiregar7 mengunggah kicauan yang membuat kader Partai Demokrat langsung kebakaran jenggot. Denny menuliskan sebuah kalimat dengan menambahkan tampilan foto keluarga AHY (Agus, Annisa dan putri mereka Aira) dengan tulisan “Bapak udah. Anak sudah juga. Sekarang cucunya juga dikerahkan..kalau ada cicit, cicit juga minta ikutan minta lockdown (emoticon ketawa)”.

Tentu saja cuitan Denny yang dikenal sebagai pendukung Presiden Joko Widodo membuat gerah kader partai yang dibesut oleh AHY tersebut. Berbagai kecaman mengalir deras ke linimasa Denny. Ia bahkan diancam harus dicari dan dilaporkan ke aparat karena membully seorang anak di bawah umur di media sosial.

Jika dirunut ke belakang, cuitan Denny ini berasal dari adanya postingan di akun instagram Agus Yudhoyono yang memamerkan foto tengah menemani Almira Tunggadewi Yudhoyono tengah menulis surat terbuka yang dialamatkan kepada Presiden Jokowi dan merupakan tugas dari sekolahnya. Isi surat dimaksud adalah meminta Jokowi untuk menerapkan lockdown guna memutus mata rantai penyebaran virus covid-19 yang sudah banyak memakan korban jiwa.

Saya tidak bisa menilai apalagi menuding bahwa Denny sengaja menyerang keluarga SBY. Sebab selama ini banyak pendengung yang memiliki afiliasi pada Presiden Joko Widodo kerap menyerang keluarga Cikeas untuk mendegradasi keluarga SBY. Namun dalam kasus Denny ini, saya tidak berani berkesimpulan bahwa apa yang dilakukan Denny memang ditujukan untuk hal itu secara sengaja serta memancing keriuhan atau sebagaimana selama ini, hal itu dilakukan untuk sekedar mencari perhatian semata.

Kepada seorang kader Demokrat saya menyampaikan saran bahwa sebaiknya Demokrat tidak menyikapi cuitan Denny secara berlebihan, apalagi sampai membawa postingan itu ke ranah hukum. Sebab dengan menjadi viral saja, entah memang dimaksudkan demikian atau tidak, target cuitan Denny sudah tercapai.

Saya menyayangkan reaksi berlebihan dari kader Demokrat tersebut, apalagi reaksi itu juga datang dari ibu Almira sendiri yang malah mengaitkan posisi Denny sebagai pendukung Joko Widodo.

Memang harus dipahami bahwa Annisa adalah ibu Almira yang tentu saja berhak tidak terima putrinya di-bully. Namun jika content cuitan Denny ditelaah dan dianalisis lebih tenang, maka ia terang tidak membully Almira. Justru Denny menyerang SBY dan serangan itu dimulai dari akun IG @AgusYudhoyono.

Saya menganalogikan Denny sebagai seorang anak kecil yang nakal dan bandel. Lalu Partai Demokrat adalah sebuah kapal pesiar mewah yang tengah berlayar santai menuju laut lepas. Denny si Bocah Bandel itu iseng melempar kapal pesiar dengan sebuah kerikil kecil dan tepat mengenai kaca ruang kemudi. Namun reaksi kader Demokrat yang saya asosiasikan sebagai penumpang dan kru kapal justru sangat berlebihan.

Tentu tidak perlu semua penumpang kapal turun tangan memarahi si anak bandel. Cukup petugas keamanan saja. Namun yang terjadi sebaliknya. Semua menyerang Denny dan menyebut pendengung yang dikenal lewat kalimat “Mari seruput kopinya” itu.

Saya tidak habis pikir dengan sikap kader Partai Demokrat yang sangat sibuk menghadapi ulah seorang Denny Siregar. Bayangkan, untuk melawan Denny, segenap kekuatan kader partai tersebut dikerahkan guna menghadapinya.

Alih-alih mendapatkan simpati, reaksi berlebihan Partai Demokrat itu justru mendapatkan reaksi bully dari netizen dan makin membesarkan Denny Siregar. Ia (saya rasa) justru tengah tertawa terkekeh atau malah tengah tersenyum manis membaca cuitan yang menyerangnya.

Saya juga membaca protes yang disampaikan Annisa Pohan yang justru bias dan melebar dari pokok persoalan. Mestinya reaksi seperti ini tidak terjadi dan Denny dibiarkan saja. Sebab dengan bereaksi berlebihan justru target Denny tercapai.

Apakah kader PD tidak tahu bahwa Denny Siregar hanyalah seorang pendukung biasa Jokowi di medsos. Denny bahkan tidak masuk sebagai anggota Tim Kampanye Nasional (TKN). Denny bahkan tidak masuk dalam tim manapun dan terdaftar di KPU sebagai relawan Jokowi-Amin.

Akan tetapi, jika kader Demokrat masih tidak bisa terima putri ketumnya dibawa-bawa dalam cuitan di dunia maya, maka menempuh cara hukum adalah pilihan yang pas. Sebab menyerang Denny di dunia maya sama artinya membuang buang kuota internet dan menyia-nyiakan bandwidth semata. Apalagi saat ini bulan suci Ramadhan. Merusak ibadah puasa saja.

~ Penulis, mantan wartawan tinggal di Jakarta
~ Gambar oleh Kevin Phillips dari Pixabay 

Next Post

Covid-19 Sumbar: Terus Naik, Sudah 270 Positif

Tercatat 270 orang sudah warga Sumbar terinfeksi virus Covid-19. Sementara pasien yang sembuh bertambah 5 orang menjadi 46 orang, meninggal dunia bertambah 1 orang jadi 17 orang.
Gambar oleh muhammad rizky klinsman dari Pixabay

bakaba terkait