Keluarga kecil itu bertahan dengan tabungan seadanya. Alif kini menjadi kuli bangunan sembari menunggu sekolah. Sekolah kini online pula, Alif tak punya android.
Literasi Media
Gagal Pakai Sistem Online
Hampir setiap tahun, keperihan anak-anak seperti Hasbi nyaris tak mendapat tempat. Mereka tidak terdengar. Mereka dihanyutkan oleh keadaan. Dizalimi oleh sistem.
Nasib Sebuah Buku di Tengah Iklan Gadget Baru
Jika datang pilihan, beli gadget atau beli buku, orang cenderung beli gadget. Bila ada pilihan beli buku atau beli baju, orang pilih beli baju. Begitulah nasib buku-buku, di tengah gempuran iklan-iklan gadget baru.
Tak Sadar Jadi Reporter Media Sosial Sejati
“media sosial telah menunjukkan watak dan kemampuan seseorang kepada publik bagaimana ia berpikir tentang suatu hal.” (Abdullah Khusairi, Teologi Informasi: 2020).
Memilih Pemimpin di Tengah Pandemi
Publik sepertinya membutuhkan dan perlu sesuatu yang dibenci karena keadaan yang tidak berubah, salah satunya pemimpin. Kecuali para pendukung sejak awal, biasanya akan menjadi bumper hidup-mati bagi bos besar yang sedang berkuasa.
Revitalisasi Kehumasan Lembaga Publik
Humas dan media tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling membutuhkan seperti dua sisi mata uang. Humas membutuhkan media, media membutuhkan humas. Humas perlu memahami seluk-beluk watak media, sebagai alat menyampaikan pesan. Media terus berkembang, Humas harus mengikutinya.
Kejahatan Berkembang Serentak dengan Teknologi Informasi
Sebelum memakai gadget, perlu belajar tentang seluk-beluk seluruh logika kerjanya, peraturan dan aturan pakai. Smartphone adalah barang cerdas, yang diam. Diperlukan juga pengguna yang cerdas agar tidak mudah terperdaya.
Memahami Hyperreality Informasi Pandemi
Sayangnya, realitas media bila terlalu melebih-lebihkan dari wujud nyata telah membuat kenyataan baru bernama hyperreality.