Jakarta, bakaba.co – Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, menyampaikan arahan penting menjelang Kongres Partai Demokrat di sebuah “tempat bersejarah” yang disebutnya sebagai “rumah perjuangan”. Dalam arahan yang digelar DPP Partai Demokrat, SBY mengungkapkan nilai sejarah lokasi tersebut serta perjalanan politiknya bersama partai yang didirikannya. Acara ini menjadi sorotan publik karena membahas etika politik, reformasi nasional, hingga persiapan kepemimpinan lima tahun ke depan.
Sejarah Tempat dan Perjuangan Politik SBY
SBY memulai arahannya dengan menjelaskan makna historis tempat tersebut. Ia menyebut lokasi ini sebagai saksi bisu perjuangan besar untuk negara dan rakyat, sebelum akhirnya menjadi cikal bakal berdirinya Partai Demokrat. “Di ruangan inilah saya terlibat dalam reformasi ABRI pasca-krisis 1998, saat menjabat sebagai Kasospol ABRI dan Ketua Fraksi ABRI di MPR RI,” ujar SBY. Ia juga mengenang perannya dalam menyusun reformasi nasional pada 1998-1999, yang banyak dilakukan di tempat ini pada malam hari atau hari libur.
Baca juga: SBY Tegaskan Loyalitas Penuh ke Prabowo, Minta Koalisi Tidak Mendua
Pada 2001, setelah diberhentikan sebagai Menko Polsoskam oleh Presiden Gus Dur, SBY mulai mempertimbangkan pendirian partai politik. Gagasan tersebut muncul dari diskusi dengan almarhum Vence Rumangkang, yang mendorongnya mendirikan Partai Demokrat sebagai sarana perjuangan demokrasi. “Saya kalah dalam pemilihan Wakil Presiden di MPR, tapi kekalahan itu indah jika diterima ikhlas,” ungkapnya. Bersama almarhumah Ibu Ani Yudhoyono, SBY merancang simbol, lambang, hingga mars partai di ruangan yang sama.
Pendirian Partai Demokrat dan Nilai Perdamaian
SBY menegaskan bahwa Partai Demokrat lahir dari semangat perdamaian. “Saya Jenderal, tapi mencintai perdamaian. Pengalaman di Bosnia dan Herzegovina mengajarkan saya pentingnya menjaga kerukunan,” katanya. Lambang segitiga merah putih dan manifesto politik 2001 dirumuskan di tempat ini, mencerminkan nilai keadilan, kedamaian, dan penghormatan pada hukum. Ia juga menyebut peran Ibu Ani sebagai penutur ide yang mendalam sebelum partai resmi berdiri.
Setelah didirikan, Partai Demokrat menghadapi tantangan berat. Namun, dengan dukungan rakyat, partai ini masuk lima besar nasional, hingga akhirnya mengantarkan SBY menjadi Presiden Republik Indonesia pada 2004. Ia menepis tuduhan bahwa pencalonannya tidak sah karena masih menjabat, dengan menegaskan bahwa ia sudah berada di luar pemerintahan saat berkampanye.
Etika Politik dan Dukungan ke Pemerintahan Prabowo
Dalam arahannya, SBY menyoroti pentingnya etika politik yang mengutamakan kepentingan negara di atas partai atau keluarga. “Demokrat mendukung pemerintahan Prabowo dengan loyalitas penuh, namun tetap kritis secara konstruktif,” tegasnya. Ia mengenang perannya menjaga stabilitas politik saat Pilpres 2014, dengan mengundang Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta ke tempat ini untuk mencegah benturan antarpendukung.
SBY juga berbagi kisah unik tentang tuduhan pengambilalihan partai secara ilegal pada masa lalu. “Ada yang bilang saya bukan pendiri karena tak menandatangani dokumen ke Kemenkumham. Tapi logikanya, siapa yang merancang semua ini?” ujarnya sembari tersenyum.
Persiapan Kongres dan Kepemimpinan ke Depan
Jelang Kongres, SBY menyatakan kesiapannya kembali memimpin Majelis Tinggi Partai Demokrat selama lima tahun ke depan, usai mendapat dukungan dari Ketua Umum AHY dan kader utama. Acara pembukaan Kongres akan dihadiri Presiden Prabowo, Wakil Presiden Gibran, serta pimpinan partai parlemen dan non-parlemen. SBY dijadwalkan menyampaikan pidato terbuka bersama AHY untuk menetapkan arah perjuangan partai.
Selain itu, ia berencana berziarah ke makam Ibu Ani Yudhoyono di TMP Kalibata setelah acara untuk mengenang peran besar sang istri dalam perjalanan politiknya. Arahan SBY ini menegaskan komitmen Demokrat menjaga nilai konstitusi dan aspirasi rakyat, baik di pemerintahan maupun oposisi.
rst | bkb