Bangsa Filistine – Yahweh atau Tuhan Yahweh merupakan bahasa Ibrani yang bersumber dari bahasa Kanaan. Bahasa Ibrani dibawa bangsa Kanaan dari negeri asalnya; Tihamah. Bahasa Ibrani pernah menjadi bahasa yang umum di Tihamah. Seperti diketahui angsa Kanaan di Tihamah itu berasal dari bangsa Aad II yaitu bangsa Aad I keturunan Aus bin Iraam bin Semit yang diselamatkan dan dipimpin oleh nabi Hud.
Fakta yang terjadinya, sewaktu bangsa Aad I dibinasakan oleh Allah, nabi Hud menyelamatkan orang-orang Muslim yang menjadi umatnya. Nabi Hud membawa mereka pindah ke Hadramaut. Di sana mereka mendirikan negara Aad II dengan ibu Negeri Madinatul Hud. Negara Madinatul Hud berdiri lebih 1000 tahun. Populasinya berkembang memenuhi Arab Selatan sampai ke Oman dan Tihamah. Di daerah itu mereka berkembang baik serta mendirikan negara pula.
Sekitar 2500 SM bangsa Kanaan dari Tihamah pindah ke Palestina dengan membawa serta budaya dan bahasanya. Bangsa Kanaan menempati daerah tepi Barat Laut Mati.
Sebelum bangsa Kanaan sampai di Palestina (sekitar 3000 SM), Palestina telah ditempati oleh bangsa Filistine. Mereka menempati daerah pantai laut Tengah, Gaza dan sekitarnya. Bangsa Filistine tergolong bani Amalakah keturunan umat yang diselamatkan nabi Saleh. Pusat pemerintahan Filistine ialah Gaza, di tepi pantai Laut Tengah. Bangsa Filistine telah mempunyai pemerintahan yang teratur. Raja-rajanya digelari Abi Mekekh (Abu Malik atau bapak penguasa).
Ibrahim lahir dan dibesarkan di kota Uhr ibu kota Khaldean. Di tepi teluk Parsi. Perjanjian Lama menamakannya Uhr Kasdim (Uhr ibu kota Khaldean). Bangsa Khaldean termasuk Ibrahim adalah keturunan orang yang berpindah dari Hijjaz keturunan umat yang diselamatkan Nabi Saleh keturunan Tsamud, keturunan Amir bin Iraam bin Semite bin Nuh keturunan Idris dan keturunan Adam. Dari al Hijjir Wadil Qura bangsa Tsamud diselamatkan oleh Saleh ke tempat baru yang dinamakannya Madinatus Saleh. Dari Madanatus Saleh mereka berkembang ke padang pasir menjadi bangsa pengembala yang juga disebut bani Amalakah.
Baca juga: [23] Yahudi: Dari Ibrahim, Bani Ibrani dan Hebron
Kebanyakan bangsa Arab utara berasal dari bani Amalakah ini termasuk bangsa Khaldean di Uhr. Bible menjelaskan, Ibrahim anak-anak Terah keturunan Eber (Amir) bin Selah (Saleh) bin Arphaksad bin Semit bin Nuh, keturunan Enos bin Set bin Adam. Orang Uhr penyembah matahari, bulan, bintang dan berhala yang mereka buat sendiri sebagai penjelmaan tuhan yang bersemayam di langit. Kepada kaum Uhr, tuhan mengutus Ibrahim sebagai rasul. Ibrahim berdakwah kepada masyarakat agar menyembah Allah tuhan yang Esa. Manusia dan segala yang ada di langit dan di bumi diciptakan Allah. Manusia tidak boleh mempersekutukan sesuatu dengan Allah. Benda-benda langit dan benda bumi itu adalah makhluk ciptaan Allah.
Ibrahim menyerukan bahwa berhala buatan manusia itu tidak memberi manfaat dan tidak memberi mudharat. Ibrahim meminta masyarakat setempat untuk berbuat baik kepada sesama manusia. Suatu golongan tidak boleh direndahkan oleh golongan lain.
Raja Uhr waktu itu bernama Namrud, seorang yang perkasa dan zalim. Ibrahim dihina, ditangkap dan dibakar dalam kobaran api yang besar. Tetapi api tak mempan membakar Ibrahim. Kemudian Ibrahim diusir dari negeri Uhr.
Dalam suatu rombongan orang yang beriman, di dalam rombongan ada Luth. Ibrahim sendiri, tanpa bapaknya. Ibrahim pergi mengikuti petunjuk Allah, melalui Wadi Hauran. Al-Quran mengatakan; Ibrahim berangkat tanpa bapaknya. Sedangkan Bible mengatakan Ibrahim pergi bersama bapaknya.
Diperkirakan Ibrahim berangkat dari Uhr tersebut tahun 1900 SM dalam usia 50 tahun. Ibrahim lahir tahun 1950 SM. Di Hauran Ibrahim istirahat beberapa lama, dia bertemu dengan seorang gadis cantik, bernama Sarah. Gadis itu dia ambil sebagai isteri.
Menurut Perjanjian Lama, sesampai di Palestina, Ibrahim berkemah di hutan Mamre di Timur Betel. Tempat itu juga bernama Kiryat Arba. Tuhan berfirman kepada Ibrahim; lihatlah negeri ini, Aku akan memberikan Negeri ini kepada keturunanmu <Bbl.PL.Kej.12/7>
Itulah janji Tuhan kepada Ibrahim, maka tanah itu dinamakan tanah janji (promise land) untuk keturunan Ibrahim. Ibrahim bermukim di sana dan tempat ini sekarang bernama Hebron yang berarti kota nabi Ibrahim.
Sementara Luth bermukim di Muthafikah, yang dihuni suatu kaum yang berasal dari Hijjaz, keturunan kaum yang diselamatkan nabi Saleh. Sewaktu Ibrahim sampai di sana, di tempat itu telah bermukim bangsa Kanaan. Ibrahim bermukim di tengah tengah bangsa Kanaan itu.
Di daerah itu bahan makanan sulit. Ibrahim pergi ke Mesir. Orang Mesir berkata kepada Ibrahim, bahwa Raja (Firaun) yang berkuasa suka mengambil isteri orang yang cantik untuk dijadikan gundiknya, apalagi kalau orang itu adalah pendatang. Ibrahim disarankan agar menyembunyikan isterinya.
Belum sempat Ibrahim menyembunyikan isterinya, petugas Raja Firaun telah menemukan Sarah. Petugas raja bertanya kepada Ibrahim, apa hubunganmu dengan perempuan ini. Ibrahim mengatakan bahwa Sarah adalah adiknya. Petugas raja menyatakan bahwa nasib baik bagi Ibrahim. Raja ingin mempersunting adik Ibrahim untuk jadi isteri. Dan Ibrahim akan mendapat tempat di istana karena menjadi ipar Firaun. Ibrahim berdoa kepada Tuhan; selamatkanlah saya dan isteri saya dari kekejaman Firaun.
Pernikahan Firaun dengan Sarah berlangsung dalam suatu upacara besar. Setelah pesta, setiap kali Firaun mendekati Sarah, raja menjadi sakit, gemetaran seperti orang yang ketakutan dan menjadi impoten.
Setelah berjalan beberapa lama keadaan seperti itu, akhirnya Firaun sadar. Dia tidak akan mendapatkan Sarah sebagai isterinya. Firaun memanggil Ibrahim. Dia menaruh hormat yang sangat kepada Ibrahim. Raja mengatakan, bawalah kembali Sarah. Ibrahim akhirnya mengatakan, sebenarnya Sarah adalah isterinya. Sarah telah dia serahkan kepada raja. Jika dikembalikan kepada dirinya, tentu akan dia ambil kembali isterinya itu. Tuhan tak berkenan isteri Ibrahim menjadi istri Fir’aun.
Raja memberi tanda penghormatan kepada Ibrahim, dan balasan atas keikhlasan Ibrahim, dia dihadiahi seorang gadis bernama Hajar. Firaun mengatakan, terserah kepada Ibrahim apakah akan menjadikan Hajar sebagai isteri atau sebagai anak sendiri.
Bersama Sarah dan Hajar, Ibrahim kembali ke Palestina. Dia menetap di Kiryat Arba (Hebron). Jika datang musim kekurangan makanan Ibrahim tidak lagi pergi ke Mesir, tapi dia pergi ke Gazza. Dia berteman baik dengan raja Filistine yang bernama Abimelekh (Abu Malik) yang berarti bapak sang raja. Ibrahim sering bolak-balik antara Hebron dan Gazza.
Penulis: Asbir Dt. Rajo Mangkuto
Gambar oleh svetlanabar dari Pixabay